Thursday, September 11, 2014
Share the Unshared Things
Well, this writing is actually not the most interesting thing I want to write yet I'm amazed with how people deal with Social Media. Besides those scandals about bullying that ruining one and some people social life, Social Media might somehow malfunction for some too. Pathetic? yes! it is pathetic seeing how people being influenced with such drama and neglecting the real life they suppose to live with. So, I guess this matter is in between are we not ready for social media? or are we the victim of this attractive applications for sharing and updating things for public. I do not have this answer for people have their rights of their own perspective about social media.
Thursday, August 28, 2014
The Fault in Our Stars
When I first catched this movie on magazines and watched its trailer, I thought this kind of cheesy poetic-drama kind of movie that can be simply understood yet so light to enjoy. So, I skipped it. Somehow when I read its review again and found my husband got that movie for our movie-date … I guessed I need to watch this based on novel movie by John Green and directed by Josh Boone.
Despite my sarcastic way in perceiving that true love doesn't exist, deep inside me still hoping that it is existed. Of course my tears were falling watching this movie. I fell in love with this movie not just because they were using my album collections as its soundtracks like Birdy, Kodaline, Lykke Li, Tom Odell and Ed Sheeran, but how simply they show us how to perceive life in a way from people like Gus and Hazel (whose life seems harder than mine). Especially, I like the way they confronting the definition of the fault is our stars as not to blame the bad luck but referring the fault to ourselves for thinking it as a bad luck.
Hoit! wait!
You surely want a simple honey chamomile tea with ginger cookies while listening to their beautiful tunes :
Despite my sarcastic way in perceiving that true love doesn't exist, deep inside me still hoping that it is existed. Of course my tears were falling watching this movie. I fell in love with this movie not just because they were using my album collections as its soundtracks like Birdy, Kodaline, Lykke Li, Tom Odell and Ed Sheeran, but how simply they show us how to perceive life in a way from people like Gus and Hazel (whose life seems harder than mine). Especially, I like the way they confronting the definition of the fault is our stars as not to blame the bad luck but referring the fault to ourselves for thinking it as a bad luck.
Hoit! wait!
You surely want a simple honey chamomile tea with ginger cookies while listening to their beautiful tunes :
Tuesday, August 19, 2014
Belajar Tua
![]() |
I'm planning to do something today that my future self will thank for! |
Sayangnya saya belum sempat belajar banyak, ketika teman saya bicara soal ini dahulu sekali. Saya hanya sempat manggut - manggut dan belum terlalu mengerti kenapa saya harus belajar tua. Umur saya baru saja lepas 25 tahun waktu itu, tentu berpikir untuk keriput belum menjadi prioritas pikir saya. Yang jelas sedikit saya pahami waktu itu hanyalah pola pikir yang diimbangi dengan menuanya usia. Belajar untuk mempersiapkan diri ketika menjadi tua nanti. Semoga saya tidak salah tangkap dan menginterpretasikannya lain.
Wednesday, August 13, 2014
Mengakui Keangkuhan Menerima Ketidaksempurnaan
Sembari menunggu antrian panjang bakmi jawa terenak di desa, saya mencoba membuat hari ini lebih bermanfaat dengan mendiskusikan perasaan saya kepada suami saya. Meski diskusi ini juga tak cukup membunuh waktu karena lamanya antrian bakmi jawa yang hanya dimasak oleh satu orang dengan tiga tungku dan kami adalah antrian ke dua puluh mungkin. Kami berdua membahas bagaimana saya belajar untuk mengakui keangkuhan dan mulai adaptasi dengan penerimaan atas ketidaksempurnaan hidup.
Monday, August 11, 2014
Dear Baby Moses : Seharusnya Aku Hamil
![]() |
amandakeeysphotography.com |
Wednesday, August 6, 2014
Thursday, July 31, 2014
I Give It A(nother) Years
Sebagai orang pelupa, sekali lagi aku membuat jengkel suamiku ketika film ini tetiba muncul di Fox Movies malam itu. Aku seperti semangat untuk menonton dan suamiku mempertanyakan karena sebetulnya kami punya film ini dan aku selama ini tidak tertarik untuk menonton. Akhirnya kami memilih tidur dan tidak melanjutkan pertengkaran perihal kealpaan ku dalam mengingat sesuatu. Keesokan harinya baru aku tergerak menonton film itu karena ibuku dan adikku menyarankan karena menurut mereka film ini mirip dengan kisahku dan suamiku. Demikian juga mereka berpesan "semoga ending nya jangan ikut - ikutan sama" Karena penasaran, maka kuajak suamiku malam itu menonton film ini :
Thursday, July 17, 2014
ayahku (bukan) idolaku
Kalau melihat di sosial media beberapa teman menampilkan berbagai bentuk kasih sayang dan bagaimana mereka mengidolakan ayah mereka, aku hanya punya perasaan dingin untuk melalui laman itu dan mengganti pada laman lainnya. Sementara setiap aku melihat sebuah citra keluarga suamiku yang hangat dan bagaimana suamiku mencium hangat ayahnya setiap bertemu dan meninggalkan pesan manis berbau perhatian, aku hanya teringat betapa aku tidak pernah ingin mencium dan memeluk ayahku. Aku cemburu bagaimana aku tidak punya hubungan relasi demikian dengan ayahku, dia bukan idolaku.
Sebagai sosok pahlawan, aku hampir tidak punya kenangan manis bagaimana dia menyelamatkan aku dari sebuah masalah. Hanya satu mungkin yang aku ingat ketika masa SMP dimana aku harus dijatuhi hukuman karena merokok di sekolah. Dia mewajarkan kegiatan merokokku dan membuat hukumanku sedikit lebih ringan daripada yang lain. Entah itu bentuk kepahlawanan atau menjerumuskan, yang jelas saat itu aku merasa diselamatkan. Menjelang SMA sampai saat ini, hubungan kami memburuk dan aku sudah tidak melihatnya sebagai pahlawan lagi, dia cukup bertitel ayah dimana aku memanggilnya "Pa" Ingatanku kembali pada masa titik balik hidupku, dimana aku sangat terpuruk kala itu dan ayahku tidak tercatat kehadirannya, bahkan dia takut untuk sekedar memberi dorongan, semangat, atau bahkan mengunjungiku. Kami tidak bertegur sapa sampai hampir satu tahun. Aku kehilangan pahlawanku.
Sebagai sosok pahlawan, aku hampir tidak punya kenangan manis bagaimana dia menyelamatkan aku dari sebuah masalah. Hanya satu mungkin yang aku ingat ketika masa SMP dimana aku harus dijatuhi hukuman karena merokok di sekolah. Dia mewajarkan kegiatan merokokku dan membuat hukumanku sedikit lebih ringan daripada yang lain. Entah itu bentuk kepahlawanan atau menjerumuskan, yang jelas saat itu aku merasa diselamatkan. Menjelang SMA sampai saat ini, hubungan kami memburuk dan aku sudah tidak melihatnya sebagai pahlawan lagi, dia cukup bertitel ayah dimana aku memanggilnya "Pa" Ingatanku kembali pada masa titik balik hidupku, dimana aku sangat terpuruk kala itu dan ayahku tidak tercatat kehadirannya, bahkan dia takut untuk sekedar memberi dorongan, semangat, atau bahkan mengunjungiku. Kami tidak bertegur sapa sampai hampir satu tahun. Aku kehilangan pahlawanku.
Friday, July 11, 2014
Her
Monday, July 7, 2014
Blow me a year
Suatu sore aku lihat ekspresi suami saya sedikit berbeda. Sepertinya dia sedang melakukan komunikasi dengan orang lain dan tampak sekali dia kebingungan. Aku tanya kenapa dia sepertinya kesulitan menjawab. Sampai sebelum tidur dan setelah banyak bercerita, aku tau kalau dia kuatir kado ulang tahunku tidak sampai pada hari-H. Wajahnya nampak gusar dan lucu seperti orang yang tidak biasa memberikan sesuatu yang spesial untuk orang lain di hari yang penting. Oh I'm flattered.
Iya, Hari Minggu kemarin ini umurku bertambah 1 tahun lagi menjadi 29! oh lala … on more year and I hit 30! Ulang tahunku sejak kecil selalu dirayakan. Mulai dari berkumpul bersama tetangga lengkap dengan kue dan kado sampai pada kejutan tengah malam dan makan bersama keluarga. Tentu ini berbeda dengan budaya suamiku yang tidak pernah merayakan hari jadi secara spesial. Maka pada hari ini, aku pun mengurungkan diri untuk berharap banyak. Malah aku lebih merenungkan mencari determinasi hidupku menjelang umur 30. Oh my God! better resolution please.
Syukurlah aku sudah siap dengan pertanyaan suamiku "what's your resolution this year?" lalu aku menjabarkan betapa aku ingin sifat temperamentalku perlahan memudar, rasa percaya diriku tumbuh, aku bisa menerima orang siapapun itu tanpa penilaian subyektifku, aku bisa melepaskan masa lalu, dan lebih tenang menjalain hari - hariku, juga menahan diri atas segala ucap sadisku terhadap suatu kejadian . Oh satu lagi! resolusi kali ini tidak lagi langsing, tapi aku ingin bisa olahraga … *bwahahahahh!
Lalu kemudian entah kenapa malam itu ketika suamiku bertanya dan aku menjelaskan, rasanya langkahku semakin ringan walaupun daging 200 gram baru saja kunikmati dengan arogannya.
Terima kasih alam semesta!
Iya, Hari Minggu kemarin ini umurku bertambah 1 tahun lagi menjadi 29! oh lala … on more year and I hit 30! Ulang tahunku sejak kecil selalu dirayakan. Mulai dari berkumpul bersama tetangga lengkap dengan kue dan kado sampai pada kejutan tengah malam dan makan bersama keluarga. Tentu ini berbeda dengan budaya suamiku yang tidak pernah merayakan hari jadi secara spesial. Maka pada hari ini, aku pun mengurungkan diri untuk berharap banyak. Malah aku lebih merenungkan mencari determinasi hidupku menjelang umur 30. Oh my God! better resolution please.
Syukurlah aku sudah siap dengan pertanyaan suamiku "what's your resolution this year?" lalu aku menjabarkan betapa aku ingin sifat temperamentalku perlahan memudar, rasa percaya diriku tumbuh, aku bisa menerima orang siapapun itu tanpa penilaian subyektifku, aku bisa melepaskan masa lalu, dan lebih tenang menjalain hari - hariku, juga menahan diri atas segala ucap sadisku terhadap suatu kejadian . Oh satu lagi! resolusi kali ini tidak lagi langsing, tapi aku ingin bisa olahraga … *bwahahahahh!
Lalu kemudian entah kenapa malam itu ketika suamiku bertanya dan aku menjelaskan, rasanya langkahku semakin ringan walaupun daging 200 gram baru saja kunikmati dengan arogannya.
Terima kasih alam semesta!
let's go! |
poffertjes from a friend! |
my very surprising birthday gift from my be loving husband |
My husband's writing! |
Wednesday, July 2, 2014
Moonrise Kingdom , The Grand Hotel Budapest , Fantastic Mr. Fox
I must say this awesomness movies bring me to the criterion classic contemporary list for they really steal my heart. My husband introduced me to Moonrise Kingdom and we both (or maybe just me feeling overwhelmed), I found this movie is greatly depicted in distinctive way of setting. The touch of vintage and classic setting, nice color pallet, and swinging naration are completed with many moral lessons I learn from.
A simple story of two young lover whose family life is not really interest them leads to their journey of getting to know and adventorous escapade to unite their true feelings toward each other. How its story wrapped in distinctive setting in classical and historical way that amazed me. It won't stop me saying "oooohhhh sweetie" until a simply laugh at the end of the story.
Overall! hey hey hey I call our (my husband and I) house as Moonrise Kingdom!
I recall all my memories working at the hotel, the concierge, the lobby boy, the restaurant, and the secret behind every numbered doors. Probably this story revealing one of that door, the adventour of Zero Moustava and his senior Mr. Gustave. This movie teaches me about loyalty, friendship, and the right of being right.
The cold setting of old furnished and some classic decoration, this movie brings the nuance of historical germany setting. Completed with the scenes I found and some costumes I like. This movie really pleased my weekend :) Oh ya! My husband and I really like how they exposed antlers!!! yey yey yey our favorite! And one more thing …. so many laugh and smile will be with you during the story!
As I'm in love with these kind of movies, I started to browse and find out more about them. It is found that Wes Anderson made these movies *hail*! So our next must watch movies is the epic one-stop-motion movie of Fantastic Mr. Fox. Oh my God!!!!!!!
SPLENDID!
More than just laugh and laugh, I was thrilled to further indulging myself into this movie. Mr. Fox and his family let me learn about being ourself and be good at it.
Oh I love it .. I love it … I love it ….
A simple story of two young lover whose family life is not really interest them leads to their journey of getting to know and adventorous escapade to unite their true feelings toward each other. How its story wrapped in distinctive setting in classical and historical way that amazed me. It won't stop me saying "oooohhhh sweetie" until a simply laugh at the end of the story.
Overall! hey hey hey I call our (my husband and I) house as Moonrise Kingdom!
I recall all my memories working at the hotel, the concierge, the lobby boy, the restaurant, and the secret behind every numbered doors. Probably this story revealing one of that door, the adventour of Zero Moustava and his senior Mr. Gustave. This movie teaches me about loyalty, friendship, and the right of being right.
The cold setting of old furnished and some classic decoration, this movie brings the nuance of historical germany setting. Completed with the scenes I found and some costumes I like. This movie really pleased my weekend :) Oh ya! My husband and I really like how they exposed antlers!!! yey yey yey our favorite! And one more thing …. so many laugh and smile will be with you during the story!
As I'm in love with these kind of movies, I started to browse and find out more about them. It is found that Wes Anderson made these movies *hail*! So our next must watch movies is the epic one-stop-motion movie of Fantastic Mr. Fox. Oh my God!!!!!!!
SPLENDID!
More than just laugh and laugh, I was thrilled to further indulging myself into this movie. Mr. Fox and his family let me learn about being ourself and be good at it.
Oh I love it .. I love it … I love it ….
Dear Citizen,
Setelah belajar dan mencoba memahami gegap gempitanya negara ini mengusung dua calon presiden yang bersikeras menjadi yang terbaik, saya ingin mencoba menulis dari sisi kaca mata yang lain. Seusai panasnya suasana surat menyurat untuk calon presiden A dan presiden B, serta merta surat balasan untuk si penulis surat dan ditutup 4 x 4 = 16, sempat tidak sempat harap dibalas, lalu kemudian saya tersenyum betapa selow (baca: ngga ada kerjaan) nya orang - orang ini. Karena saya tidak selow dan mumpung ada 30 menit waktu istirahat supaya saya ndak dituduh magabu (makan gaji buta) maka saya sempatkan menulis.
Protesmu keras! komentarku pada beberapa orang frontal yang membabi buta menuntut ini itu. Seperti ibu - ibu yang saya temui di warung ijo tempat langganan beli nasi sayur berujar "ya saya tetep milih pak itu to! jelas baik buat presiden!!! cinta rakyat" *sembari menyenggol tempe goreng yang terjatuh di tanah dan tidak diambil, hanya memberi senyum, dan merugikan si pemilik warung ijo* Mbok ya kalau nuntut sesuatu tu balikkan tuntutan itu ke diri sendiri. Ini yang mendasari saya menulis untuk warga negara ini, bukan buat calon - calon presiden itu.
Dalam satu hari saja, sudah berapa warga yang kelakuannya brutal minta ampun saya temui? minimal 10 lah … Dari mulai ketika saya ada di lampu lalu lintas, warnanya sudah kuning, saya memutuskan berhenti, tapi dimaki karena lamban dan didahului meski warna lampunya merah. Berapa banyak yang melanggar lalu lintas hari ini? korupsi waktu? berapa banyak dari kita yang memilih untuk melakukan hal lain daripada menyelesaikan pekerjaan kantor? doing social media for instance? Buang sampah sembarangan? seperti seseorang yang saya temui di jalan, mobil mewah, tapi kelakuan barbar! Membuang semua sampah di mobilnya ditengah jalan raya Yogyakarta - Solo? Itu baru sedikit yang saya gambarkan disini, tapi sudah cukup membawa ke inti pemikiran saya.
Saya sebagai warga negara, juga sudah patah hati sama negara ini. Namanya patah hati kan sembuhnya lama, jadi sampai sekarang juga belum sembuh. Dulu sempat semangat ikut pemilu, wah capresnya seru programnya, tapi akhirnya sama saja. Itu juga sama dengan cerita lima tahunan pemilu lainnya. Rasanya kayak dirayu habis - habisan, lalu ditinggal selingkuh. Tentunya rasa percaya pada negara ini juga kandas entah kemana, mengembalikannya saja tidak semudah menghitung anggaran THR (hehehe, saya lagi sibuk ngitung THR nih). Pada akhirnya saya nyanyi lagunya The Corrs "don't say you love me, unless forever…" jadinya nunggu bukti aja, daripada kemakan janji - janji palsu. Kemudian ya mau ngga mau jadi warga negara disini, wong saya lahirnya disini padahal ngga pernah minta, wong saya nyari pria asing yang mau nikahin saya supaya dapet warga negara lain juga ngga dapat.
Nah, ketika kita menuntut orang lain untuk memberi bukti bukan janji, coba sekarang menghadap ke cermin dan tanya ke lubuk hati yang paling dalam sambil lihat pantulan muka kita di kaca, "sudahkah saya menepati janji?" Banyak sekali kok yang bisa kita lakukan sebelum menuntut pemerintah kita menjadi lebih, yuk mari kita jadi cerdas dan cermat sedikit dimanapun kita berada, mulailah dari hal kecil. Coba pikirkan lagi, kalau kita ini menyerukan bahwa kita negara beragama ( ya cuman agama satu itu tok til yang disebut - sebut), tapi coba lihat, kenapa negara lain yang sudah tidak taat beragama tapi bisa lebih tertib hukum dan lebih beradab kelakuannya dan terlebih lagi, negara mereka lebih maju…
Protesmu keras! komentarku pada beberapa orang frontal yang membabi buta menuntut ini itu. Seperti ibu - ibu yang saya temui di warung ijo tempat langganan beli nasi sayur berujar "ya saya tetep milih pak itu to! jelas baik buat presiden!!! cinta rakyat" *sembari menyenggol tempe goreng yang terjatuh di tanah dan tidak diambil, hanya memberi senyum, dan merugikan si pemilik warung ijo* Mbok ya kalau nuntut sesuatu tu balikkan tuntutan itu ke diri sendiri. Ini yang mendasari saya menulis untuk warga negara ini, bukan buat calon - calon presiden itu.
Dalam satu hari saja, sudah berapa warga yang kelakuannya brutal minta ampun saya temui? minimal 10 lah … Dari mulai ketika saya ada di lampu lalu lintas, warnanya sudah kuning, saya memutuskan berhenti, tapi dimaki karena lamban dan didahului meski warna lampunya merah. Berapa banyak yang melanggar lalu lintas hari ini? korupsi waktu? berapa banyak dari kita yang memilih untuk melakukan hal lain daripada menyelesaikan pekerjaan kantor? doing social media for instance? Buang sampah sembarangan? seperti seseorang yang saya temui di jalan, mobil mewah, tapi kelakuan barbar! Membuang semua sampah di mobilnya ditengah jalan raya Yogyakarta - Solo? Itu baru sedikit yang saya gambarkan disini, tapi sudah cukup membawa ke inti pemikiran saya.
Saya sebagai warga negara, juga sudah patah hati sama negara ini. Namanya patah hati kan sembuhnya lama, jadi sampai sekarang juga belum sembuh. Dulu sempat semangat ikut pemilu, wah capresnya seru programnya, tapi akhirnya sama saja. Itu juga sama dengan cerita lima tahunan pemilu lainnya. Rasanya kayak dirayu habis - habisan, lalu ditinggal selingkuh. Tentunya rasa percaya pada negara ini juga kandas entah kemana, mengembalikannya saja tidak semudah menghitung anggaran THR (hehehe, saya lagi sibuk ngitung THR nih). Pada akhirnya saya nyanyi lagunya The Corrs "don't say you love me, unless forever…" jadinya nunggu bukti aja, daripada kemakan janji - janji palsu. Kemudian ya mau ngga mau jadi warga negara disini, wong saya lahirnya disini padahal ngga pernah minta, wong saya nyari pria asing yang mau nikahin saya supaya dapet warga negara lain juga ngga dapat.
Nah, ketika kita menuntut orang lain untuk memberi bukti bukan janji, coba sekarang menghadap ke cermin dan tanya ke lubuk hati yang paling dalam sambil lihat pantulan muka kita di kaca, "sudahkah saya menepati janji?" Banyak sekali kok yang bisa kita lakukan sebelum menuntut pemerintah kita menjadi lebih, yuk mari kita jadi cerdas dan cermat sedikit dimanapun kita berada, mulailah dari hal kecil. Coba pikirkan lagi, kalau kita ini menyerukan bahwa kita negara beragama ( ya cuman agama satu itu tok til yang disebut - sebut), tapi coba lihat, kenapa negara lain yang sudah tidak taat beragama tapi bisa lebih tertib hukum dan lebih beradab kelakuannya dan terlebih lagi, negara mereka lebih maju…
Monday, June 16, 2014
Asli vs. KW Super
MERTUA
Kalau mertua saya itu merupakan pasangan yang punya topeng 1,000. Harus dijamin semua orang tau bahwa keluarganya bahagia dan harmonis. Suasana rumah yang dingin dan bicara hambar dipermukaan adalah kebiasaan mereka. Menghindari konflik dan memendam perasaan adalah bentuk rumah tangga idaman ala pelajaran Pendidikan Moral Pancasila. Senyum manis yang dibuat pakai sakarin memberi rasa lezat dan meninggalkan lekak ditenggorokan. Coba bayangkan ketika kamu ingin marah tapi berusaha untuk senyum, rasakan ada rongga di hidung dan tenggorokan yang terasa lekak sakit yang tertahan. Itu maksudku :)
ORANG TUAKU
Berangkat dari pasangan rebel tahun 80an, mama dan papa terlalu terbuka akan segala kelakuannya baik dan buruknya. Kami tumbuh berasaskan kejujuran meski kadang mengetahui yang jujur itu sakit. Semua orang tau keluarga kami out of the box. Beberapa temanku suka main kerumah karena memiliki sosok mama papa baru yang bisa menerima perbedaan … beberapa orang tua memandang nyinyir karena mama papa terlalu rebel dan tidak normal didepan kehidupan sosial. Kami seperti bilang "oh Sh*t" kepada satu sama lain dengan senyum merekah penuh cinta yang membuat kami tau bahwa kami bisa marah, sedih, senang, baik - baik, berkonflik, atau emosional tapi kami tetap apa adanya.
AKU
Mencoba punya rumah tangga sesuai imajinasi aku disadur dari yang baik - baik perpaduan mertua dan orang tuaku.
Tingkat kegagalan : medium!
Solusi : F**k it!
Moral Lesson : Tidak ada kebohongan dari apa yang kita ucapkan hanya perbedaan persepsi yang memiliki dampak lain dalam menerima suatu pernyataan.
SOUNDTRACK
Selamat ulang tahun perkawinan 1 tahun untuk aku dan suamiku, terserah ucap jujur atau kepalsuan dan lamismu serta pengaruh orang tuamu karena aku bicara apa adanya, sadis, dan abnormal serta pengaruh orang tuaku yang membawa kita pada ranjang yang sama dan membuang waktu bersama sampai nantinya kita berpisah …. semoga sampai mati. Let's get wasted!
pf . June 8, 2014
Kalau mertua saya itu merupakan pasangan yang punya topeng 1,000. Harus dijamin semua orang tau bahwa keluarganya bahagia dan harmonis. Suasana rumah yang dingin dan bicara hambar dipermukaan adalah kebiasaan mereka. Menghindari konflik dan memendam perasaan adalah bentuk rumah tangga idaman ala pelajaran Pendidikan Moral Pancasila. Senyum manis yang dibuat pakai sakarin memberi rasa lezat dan meninggalkan lekak ditenggorokan. Coba bayangkan ketika kamu ingin marah tapi berusaha untuk senyum, rasakan ada rongga di hidung dan tenggorokan yang terasa lekak sakit yang tertahan. Itu maksudku :)
ORANG TUAKU
Berangkat dari pasangan rebel tahun 80an, mama dan papa terlalu terbuka akan segala kelakuannya baik dan buruknya. Kami tumbuh berasaskan kejujuran meski kadang mengetahui yang jujur itu sakit. Semua orang tau keluarga kami out of the box. Beberapa temanku suka main kerumah karena memiliki sosok mama papa baru yang bisa menerima perbedaan … beberapa orang tua memandang nyinyir karena mama papa terlalu rebel dan tidak normal didepan kehidupan sosial. Kami seperti bilang "oh Sh*t" kepada satu sama lain dengan senyum merekah penuh cinta yang membuat kami tau bahwa kami bisa marah, sedih, senang, baik - baik, berkonflik, atau emosional tapi kami tetap apa adanya.
AKU
Mencoba punya rumah tangga sesuai imajinasi aku disadur dari yang baik - baik perpaduan mertua dan orang tuaku.
Tingkat kegagalan : medium!
Solusi : F**k it!
Moral Lesson : Tidak ada kebohongan dari apa yang kita ucapkan hanya perbedaan persepsi yang memiliki dampak lain dalam menerima suatu pernyataan.
SOUNDTRACK
Selamat ulang tahun perkawinan 1 tahun untuk aku dan suamiku, terserah ucap jujur atau kepalsuan dan lamismu serta pengaruh orang tuamu karena aku bicara apa adanya, sadis, dan abnormal serta pengaruh orang tuaku yang membawa kita pada ranjang yang sama dan membuang waktu bersama sampai nantinya kita berpisah …. semoga sampai mati. Let's get wasted!
pf . June 8, 2014
Thursday, June 12, 2014
Quote of the day : to love not to own
“I will never be yours, and you will never be mine;
nevertheless, I can honestly say: I love you.”
- Paul Coelho -
Friday, May 23, 2014
I fail in Love!
Jadi ceritanya tetangga blog menulis soal tips - tips mempertahankan cinta. Menggunakan kata 'tips' tampak cheesy ya tapi ini yang aku maksud tulisannya bagus sekali sebenernya dan cukup menampar karena, I fail in maintaining love if that's really the rule … ya naw wad ai min! :
1. Make time to communicate with your partner, share things don't hide things.
Well, I love sharing things with my husband, more to know… I talk a lot. My husband? mmm he is so much so so in his life and he is in progress to share things as he never share things in his live. So I talk too much and he is so silent… well, which part of two way communication we have?
2. Value your partner trust and commitment
Hmmmm … my husband was a cheater and so was I … I trust him in love with me but I build myself to be ready if one day he cheats again. In the other way trying to be optimistic is I stop cheating and I hope the universe conspire to not to let my husband reverse it back to me.
3. Support the positive way of what your partner doing
Oh! I win this part .. yes I support him!
4. Give your partner priviledge to be himself/herself by giving them space to grow.
Hmmm … my husband is the most boring person I ever met, but I manage myself to accept that and support him as he is who he is and I don't want to change anything about him a bit …
5. Make your love life romantic everyday!
Oh my husband is really good at it… so I guess …. "checked!"
1. Make time to communicate with your partner, share things don't hide things.
Well, I love sharing things with my husband, more to know… I talk a lot. My husband? mmm he is so much so so in his life and he is in progress to share things as he never share things in his live. So I talk too much and he is so silent… well, which part of two way communication we have?
2. Value your partner trust and commitment
Hmmmm … my husband was a cheater and so was I … I trust him in love with me but I build myself to be ready if one day he cheats again. In the other way trying to be optimistic is I stop cheating and I hope the universe conspire to not to let my husband reverse it back to me.
3. Support the positive way of what your partner doing
Oh! I win this part .. yes I support him!
4. Give your partner priviledge to be himself/herself by giving them space to grow.
Hmmm … my husband is the most boring person I ever met, but I manage myself to accept that and support him as he is who he is and I don't want to change anything about him a bit …
5. Make your love life romantic everyday!
Oh my husband is really good at it… so I guess …. "checked!"
Thursday, May 22, 2014
quote of the day : Don't Expect
If you expect the world to be fair with you because you are fair, you are fooling yourself.
That's like expecting the lion not to eat you because you didn't eat him.
- anonymous -
Monday, May 12, 2014
Frozen in Dozen
Dari dulu aku sering lihat beberapa profil instagram dimana anak - anak kreatif bisa menjual ini itu dengan foto - foto apik hasil kerajinan mereka yang laris manis diminati orang. Berharap mengikuti bazaar, punya blog keren, bisa jualan ini itu, dan bisa kenal dengan mereka merupakan salah satu keinginan kecilku seperti "seru ya bisa kenal dengan orang - orang ini!" Mulailah aku berkenalan dengan temanku ini yang awalnya dia beli Stellashomemade tapi kemudian kami ngobrol banyak, saling memberi ide, saran dan kritik. Suatu ketika dia menunjukkan gambar rumah yang keren banget dan bilang "Mbak, mau nggak ikut ngerjain acara ulang tahun anak umur 6 tahun ini temanya Frozen?" Meski belum tau Frozen itu apa dengan sigap kujawab "YA!" tanpa ragu - ragu ….
Akhirnya kami bertemu dan banyak anak - anak kreatif yang tergabung dalam tim hore ini, mereka menyebutnya Partner in Crime Creative Projects. Tergabunglah aku bersama anak - anak ini yang kalau ditotal sepertinya ada 12 anak. Mereka anak kreatif yang juga punya online shop , penggemar blog, dan juga suka ikut bazaar. Terkabullah sudah mimpiku untuk mengenal mereka - mereka ini. Setelah konsep ditentukan berjalanlah kami dengan budget yang lumayan besar untuk merealisasikan mimpi Frozen yang ternyata ini adalah judul kartun yang mana sampai sekarang aku juga belum nonton karena kurang suka kartun. Hanya suamiku saja yang menontonnya dan menceritakan kisahnya.
Dibalik nuansa aqua, kartun, dan properti ulang tahun yang seru kami menghadapi berbagai kendala koordinasi karena ini event perdana kami. Kami masih berantakan sekali mengorganisir tim dengan checklist, timeline, dan rundown yang lumayan ribet. Tapi jangan ditanya soal konsep, karena imajinasi kami tidak perlu ditanyakan lagi.
Akhirnya, tiba hari H dimana keceriaan Frozen mulai muncul dengan lagu - lagu yang mulai diputar, meja yang mulai ditata dengan nyaman, suasana dessert bar yang apik dikemas, photobooth yang sudah bikin kami tidak sabar untuk foto bersama disitu, lalu keceriaan anak - anak bernyanyi dan bermain balon cukup hebat membayar segala lelah dan kecemasan kami sejak 3 minggu yang lalu.
Kendra's Play House |
Kendra's Castle |
Akhirnya kami bertemu dan banyak anak - anak kreatif yang tergabung dalam tim hore ini, mereka menyebutnya Partner in Crime Creative Projects. Tergabunglah aku bersama anak - anak ini yang kalau ditotal sepertinya ada 12 anak. Mereka anak kreatif yang juga punya online shop , penggemar blog, dan juga suka ikut bazaar. Terkabullah sudah mimpiku untuk mengenal mereka - mereka ini. Setelah konsep ditentukan berjalanlah kami dengan budget yang lumayan besar untuk merealisasikan mimpi Frozen yang ternyata ini adalah judul kartun yang mana sampai sekarang aku juga belum nonton karena kurang suka kartun. Hanya suamiku saja yang menontonnya dan menceritakan kisahnya.
some party favor |
Dessert table |
milkymilk |
kids corner |
parents table |
Akhirnya, tiba hari H dimana keceriaan Frozen mulai muncul dengan lagu - lagu yang mulai diputar, meja yang mulai ditata dengan nyaman, suasana dessert bar yang apik dikemas, photobooth yang sudah bikin kami tidak sabar untuk foto bersama disitu, lalu keceriaan anak - anak bernyanyi dan bermain balon cukup hebat membayar segala lelah dan kecemasan kami sejak 3 minggu yang lalu.
cake pop! |
cupcake tier! |
what a couple! |
silly couple |
the PIC and Kendra |
Wednesday, April 30, 2014
Pilah Pilih
Sehabis pemilu dan Kartini yang ngga ada hubungannya sama sekali babarblas (baca : not at all), aku merangkum kejadian - kejadian akhir - akhir ini yang bisa jadi semangat buat bangun tidur. Ngga tau kenapa bangun tidur sekarang makin hari makin berat. <--- ah ini sih alibi kemalasan aja sebenernya.
Beberapa waktu lalu temanku bilang kalau hidupnya itu tidak ada pilihan dimana dia harus menghadapi suaminya yang suka melarang dan hidup sama mertuanya yang hobinya mengkomparasi dia dengan mantan - mantan pacar suaminya. Well, for me life is full of choices! jadi kalau kamu sekarang hidup dengan suami dan mertua yang bikin kamu ngga bahagia dengan bilang ngga ada pilihan, itu hanya menambah beban hidup saja. Kenapa ngga memberi semangat pada diri sendiri .. ya ini suami yang kupilih, jadi walaupun suka ngelarang, tapi dia ganteng jadi aku suka. Nah, aku milih mertua ini .. kalau aku ga mau ama mertua ini ya kemarenan pacaran ama si bambang, atau joko aja … tapi mertuaku ini masih mending, paling nggak dia kaya raya walaupun suka minta ditoyor kalau ngomong. Alhasil, cara kita menjalani hidup jadi lebih mudah.
Seperti ketika pemilu kemarin, bingung juga pilihannya banyak banget. Jadi rasanya aku ngga ada pilihan buat memilih yang terbaik. Tapi aku memilih untuk mencoblos saja semuanya. Resiko aku adalah aku tidak punya suara, tapi aku tidak sakit hati kalau anggota DPR nya berkhianat, dan untungnya dengan aku mencoblos semuanya, kertas suara aku tidak disalah gunakan. Jadi aku adalah warga negara yang bebas memilih dan menerima semua resiko dan keuntungannya dengan lapang dada! *uwyeah!
Jadi, satu - satunya hal yang menurut aku ngga ada pilihan adalah aku terlahir di dunia ini … the rest is our choices .. even when you are under pressure, it's your choice to be under … I prefer on top!
Beberapa waktu lalu temanku bilang kalau hidupnya itu tidak ada pilihan dimana dia harus menghadapi suaminya yang suka melarang dan hidup sama mertuanya yang hobinya mengkomparasi dia dengan mantan - mantan pacar suaminya. Well, for me life is full of choices! jadi kalau kamu sekarang hidup dengan suami dan mertua yang bikin kamu ngga bahagia dengan bilang ngga ada pilihan, itu hanya menambah beban hidup saja. Kenapa ngga memberi semangat pada diri sendiri .. ya ini suami yang kupilih, jadi walaupun suka ngelarang, tapi dia ganteng jadi aku suka. Nah, aku milih mertua ini .. kalau aku ga mau ama mertua ini ya kemarenan pacaran ama si bambang, atau joko aja … tapi mertuaku ini masih mending, paling nggak dia kaya raya walaupun suka minta ditoyor kalau ngomong. Alhasil, cara kita menjalani hidup jadi lebih mudah.
Seperti ketika pemilu kemarin, bingung juga pilihannya banyak banget. Jadi rasanya aku ngga ada pilihan buat memilih yang terbaik. Tapi aku memilih untuk mencoblos saja semuanya. Resiko aku adalah aku tidak punya suara, tapi aku tidak sakit hati kalau anggota DPR nya berkhianat, dan untungnya dengan aku mencoblos semuanya, kertas suara aku tidak disalah gunakan. Jadi aku adalah warga negara yang bebas memilih dan menerima semua resiko dan keuntungannya dengan lapang dada! *uwyeah!
Jadi, satu - satunya hal yang menurut aku ngga ada pilihan adalah aku terlahir di dunia ini … the rest is our choices .. even when you are under pressure, it's your choice to be under … I prefer on top!
Thursday, April 10, 2014
single (busy) ladies rules
Be soft. Do not let the world make you hard. Do not let pain make you hate. Do not let the bitterness steal your sweetness. Take pride that even though the rest of the world may disagree, you still believe it to be a beautiful place.
Kurt Vonnegut
Pagi ini salah satu sahabatku menuliskan harapannya untuk segera menemukan pasangan hidup untuk bisa berbagi dalam segala naik turun kanan bawahnya kehidupan. Aku sengaja memberi semangat bahwa dia pasti bisa dan aku ingin berbagi harapan itu. Bukan, aku bukan ahli dalam hal ini dan tulisan ini tidak menjamin 100% seluruh wanita yang saat ini masih sendiri lalu segera mendapatkan pasangan. Hanya sekedar 28 tahun aku hidup ini punya beberapa pengalaman yang mungkin bisa menjadi inspirasi atau sekedar harapan bahwa teman hidup itu pilihan dan takdir itu cerita lain.Aku juga pernah menjadi wanita yang mandiri dan super sibuk. Aku tidak punya kekasih yang resmi dan waktuku itu 12 jam untuk bekerja, 8 jam untuk tidur, 2 jam pagi hari untuk siap - siap, dan 2 jam sepulang kerja untuk waktu luang yang kadang aku pakai untuk mengurung diri di kamar kos atau sekali waktu bercengkerama dengan teman dekat. 12 jam dalam kesibukan itu juga bukan waktu yang longgar, telepon, email, dan percakapan chatting itu benar - benar penuh untuk dibalas dalam lingkup pekerjaan. Aku seperti tidak punya waktu untuk sekedar menjawab "hai good morning!" atau "have you had your lunch? dinner? sleep well?" Bukan .. bukan maksud sombong untuk menjawab, tapi bahkan membuka laman sosial media untuk sekedar bla … bla.. bla … dalam kehidupan sosial saja rasanya tidak sempat.
Resiko yang aku dapatkan adalah ketika semakin banyak aku bertemu orang baru apalagi pria dengan berbagai karakter, pencapaian, kecerdasan, dan lain lain juga mempengaruhi standardisasi keinginanku dalam memilih pasangan hidup. Disisi lain, semakin dalam aku berkecimpung dalam kesibukan dan kehidupanku, beberapa pria yang mencoba mendekati pun memilih untuk mundur dengan alasan, pesan tak berbalas, kehidupan aku yang susah disejajarkan, dianggap sombong, dianggap tidak punya waktu, dan berbagai alasan lainnya. Hal ini juga membuat aku terjebak dalam hubungan tanpa status karena bertemunya dengan orang - orang yang kebetulan kerja bersama lalu punya kesempatan berinteraksi lebih banyak tapi statusnya suami orang *lhah!
Ada juga kendala lain, pernikahan menjadi bukan suatu prioritas lagi dalam hidupku karena gambaran pernikahan yang tidak abadi menjadi bayangan yang menakutkan dan susah dijalani. Rasanya aku lebih mudah bekerja keras tapi hasilnya jelas dapet uang lalu bangun rumah, daripada membangun rumah tangga yang caranya pun aku ngga tau tapi resikonya patah hati berkepanjangan… What the damn hell! Jadi jujur saja aku menikmati sekali kehidupan melajangku tanpa kejelasan akan hati tapi rekeningnya pasti jelas terisi tiap bulan, heheheh.
Sampai pada suatu waktu aku merasa bahwa kehidupan ini dingin, tidak ada warnanya. Aku bisa saja membubuhi kegiatan hura - hura sebagai warna kehidupanku, tapi rasanya ada yang kurang. Lalu aku mencoba beberapa langkah dengan harapan menemukan teman hidup dan resiko melajang selamanya.
1. Terbuka
Aku membuka luas pertemananku tanpa pilih - pilih. Mulai dari pria yang bau, wangi, cakep, kurang cakep fatal, pintar, kurang pintar, sama sekali tidak pintar, bisa ngobrol, pendiem, garing, lucu, lucu berlebihan, norak, keren, dll sebagainya aku berusaha untuk ramah. Menyediakan beberapa menit atau membagi waktu untuk bertemu mereka juga bukan hal yang mudah, tapi menurutku aku tertantang untuk survey. Tentu saja tidak ada yang memenuhi kriteria pria ganteng, gagah, perut kotak - kotak, mapan, sukses, pinter bahasa Inggris, lucu cerdas, warisan banyak, suka nonton film, suka makan enak, suka travelling, dan ribuan syarat lainnya.
2. Menerima
Aku menyadari kalau aku tidak sempurna, selulit dimana - mana, berat badan diatas rata - rata, kecantikan pas pasan, kecerdasan bergantung sama mbah google, lambat, suka molor, nggak rapih, ngga punya tabungan, dan sebagainya. Jadi apa salahnya menerima sosok yang tidak sempurna tapi paling tidak ada kemauan untuk bisa dan mampu beradaptasi. Artinya gini, bukan berarti trus ngawur cari pria asal mau jadi suami tapi kamu liat mukanya aja ngga pengen buat cium atau peluk bahkan making love. Tetep paling tidak ada batas penerimaan yang kita mampu untuk membayangkan berbagi dengan orang itu seumur hidupmu. I agree that we cannot decide to whom we shall fall in love with, but I agree in process.
3. Komitmen
Be good and you will be treated good, the rest leave it to universe. Itu yang aku pegang ketika aku siap untuk berkomitmen, meski mudah diucapkan tapi ya rasanya kayak jumpalitan menjalaninya. Yang jelas, aku tidak suka istilah pernikahan dan patriarki, jadi aku menganggap pasangan hidupku sebagai teman hidup bukan suami. Itu rasanya lebih ringan dan mempermudah menjalaninya. Godaan di luar juga pastinya banyak ada yang lebih ganteng, lebih baik, lebih lucu, lebih sexy, tapi selebihnya itu aku sudah punya keputusan dan aku juga ngga mau hal - yang lebih - lebih itu membuat pasangan hidupku lari ke pelukan kimcil lain <-- kata kimcil dipilih untuk menggambarkan wanita penggoda lain. Pada akhirnya, ya sudah lah ya kalau sampe tetep ditinggal juga tinggal ngomel dikit sama alam semesta lalu move on as life is just a walk to march on.
4. Melepaskan
I live to let go! yang paling kuat diajarkan pengalaman kepadaku adalah seni untuk melepaskan harapan dan tetap hidup untuk terus berharap. <---- sebenernya ini malesin banget ya. Buat apa berharap kalau akhirnya terus melepaskan dan tetap punya harapan…. what a waste! Tapi hidup itu semua misteri dan itu tantangannya buat aku menarik. Kemudian proses melepaskan ketika alam semesta tidak menghendaki harapan kita dipenuhi, selalu saja ada alasan dan alasan lain untuk terus bersyukur. Oiya, 10 tahun yang lalu aku melepaskan seseorang dan kami saling mencintai pada masanya. Sekarang orang itu ada di kehidupan aku menjadi suamiku.
Jadi rasanya itu saja sih yang aku dapatkan dari pengalaman hidup dan benar saja sampai saat ini aku juga masih belajar untuk terus belajar hidup mumpung belum dipanggil ama si empunya hidup. Dibilang susahnya setengah mati ya bisa tapi dibilang tantangan juga rasanya bisa meringankan bebannya. Jadi, coba diresapi quotes di atas dan mari kita mencoba mengerti.
Wednesday, March 19, 2014
Growing Old vs. Together
For I may still in progress of having faith that love can last even some may not, I accidentally found this inspirational images taken for anniversary photography depicting from the movie "Up".
So I kinda heart it to put on my blog for reminder, that I must have the fight to keep my love life with my husband until death do us part, but not to forget if somehow we fail before we die, then I must let go.
photo courtesy : http://www.mymodernmet.com/profiles/blogs/up-themed-anniversary-photo-shoot
So I kinda heart it to put on my blog for reminder, that I must have the fight to keep my love life with my husband until death do us part, but not to forget if somehow we fail before we die, then I must let go.
![]() |
I got this adventure jar of coins with my husband once collected, we bought a tiny red car to travel! |
photo courtesy : http://www.mymodernmet.com/profiles/blogs/up-themed-anniversary-photo-shoot
Tuesday, March 18, 2014
Mind Blowng : Song for Marion and Toast
Recently, I'm making good progress in managing my mind no matter the surround happen to tease me with anger, jealousy, hatred, and others bad mood I've been engaged ever since. Besides meeting a good friend who is a Yoga instructor (in which still I'm not practicing yoga) who teach me to take a long eight times deep breath when negative impulsive cause trigger my mind to do harm, I also learn how to take pause a moment and fight my brain to switch the mind by making it balance in between brain and the heart *whoooosaaahhhh* …. "inner peace" <-- that's how my husband teach me how.
Here we go on Sunday, my husband offered me with two vintage-cinematography movies which I was not interested at the first time knowing its title, but once the scene blow me away with the vintage classic scenery and property… I said "yes, I do!" As a sweet reminder, when I write about movie means I'm talking about the enjoyment and the lesson I learned, not the technical things like directors, forms of plotting, actors and actress, and so on.
SONG FOR MARION
I was seduced by the love story of Marion and Arthur. As I experience that such love story is never exist until I meet my husband who eagerly convince me that kind of love do exist, as him <--- oh My! Well, here I reflect myself as Arthur who is grumpy and bitter seeing the life. Here we will find the journey itself comes from Arthur for his self-discovery and thaw his bitterness, qualities that he will need in his imminent transition to move along with life and letting go thus to enjoy life as how it is.
TOAST
Bake and Cook! perfect way to decorate this movie especially when it's a true story of Nigel Slater a cookery writer. You will be spoiled with the touches of vintage property, products, and scenery. All I learn about in this movie is how Nigel cope with the situation which almost obstruct his talent in cookery.
So, here is how I spend my Sunday with my husband with good food, good snacks, and good movies.
PS : I find the common in between two movies I watched above :
1. death wives
2. Europe setting
3. Vintage Scenery
Nothing in the world can bother you as much as your own mind, I tell you. In fact others seem to be bothering you, but it is not others, it is your own mind.
- Sri Sri Ravi Shankar -
Here we go on Sunday, my husband offered me with two vintage-cinematography movies which I was not interested at the first time knowing its title, but once the scene blow me away with the vintage classic scenery and property… I said "yes, I do!" As a sweet reminder, when I write about movie means I'm talking about the enjoyment and the lesson I learned, not the technical things like directors, forms of plotting, actors and actress, and so on.
SONG FOR MARION
I was seduced by the love story of Marion and Arthur. As I experience that such love story is never exist until I meet my husband who eagerly convince me that kind of love do exist, as him <--- oh My! Well, here I reflect myself as Arthur who is grumpy and bitter seeing the life. Here we will find the journey itself comes from Arthur for his self-discovery and thaw his bitterness, qualities that he will need in his imminent transition to move along with life and letting go thus to enjoy life as how it is.
TOAST
Bake and Cook! perfect way to decorate this movie especially when it's a true story of Nigel Slater a cookery writer. You will be spoiled with the touches of vintage property, products, and scenery. All I learn about in this movie is how Nigel cope with the situation which almost obstruct his talent in cookery.
So, here is how I spend my Sunday with my husband with good food, good snacks, and good movies.
PS : I find the common in between two movies I watched above :
1. death wives
2. Europe setting
3. Vintage Scenery
Tuesday, January 21, 2014
Stella is Baking STELLASHOMEMADE <--- Kidding me not?
Ada ekspresi yang lucu ketika menyodorkan kue buatan saya kepada beberapa teman. Ada yang mengernyit lalu tersenyum, ada yang ngga percaya sambil ngunyah sambil tetep bilang ngga percaya, ada yang langsung habis saat itu juga sambil bilang "ini pasti beli trus kamu packing sendiri", ada juga yang bilang "apa? loe? masak? how come? I never see that come in you?" Overall … they love my baking and that is the awesomeness I want to share :)
Waktu kecil, acara yang favorit kalau sabtu dan minggu pagi itu selain Doraemon, Sailormoon, Sinchan dan yang lain itu aku selalu menanti acara Sisca Soewitomo dan Rudi Choirudin. Kemudian beranjak remaja mulai nontonnya Jamie Oliver dan Nigella Bites juga ada Chef Michael, Bobby Chin, Anthony Bourdain. Dari situ yang sebenernya menunjukkan aku ini suka memasak. Sesekali kalau pas akhir pekan ya suka iseng belanja dan masak lalu Mama, Papa, dan Adik yang jadi jurinya. Kadang mereka suka dan kadang mereka tidak suka.
Beberapa waktu lalu saya sempat bikin perang saudara di hati dan kepala sambil bertanya terus "Mau saya apa sih?" mengingat sekarang saya menikah padahal tadinya tidak pengan, mengingat saya meninggalkan karir Public Relations padahal itu yang saya rintis sejak saya kuliah dan membuat pencapaian yang membuat saya bangga, dan mengingat saya kembali ke rumah dan ikut berkecimpung dalam bisnis keluarga yang sampai sekarang masih entahlah saya suka atau tidak berada disini. Jadi intinya saya itu mbingungi kalau orang Jawa bilang untuk mengekspresikan segala keputusan saya tidak jelas mendasar pada kebingungan "Mau saya apa sih?"
Akhirnya saya merenung dan mencoba mencari tahu meski itu bukan hal yang mudah, lalu tetiba berpikir aku suka memasak karena pengalaman kecil itu. Namun rasanya sedikit terhambat mengingat selama merantau dan tinggal di kost saya terhambat bersahabat dengan dapur. Untungnya kesukaan saya dalam mencicipi berbagai kuliner baru membantu untuk selalu membuat indra pengecap saya mengetahui mana makanan yang enak, kurang, dan tidak enak. Setelah meminta ijin pada suami karena saya nekat mengeluarkan beberapa ratus ribu uang untuk mencoba memasak tanpa tau hasilnya apa dan dengan resiko kerugian uang padahal beberapa ratus ribu itu cukup untuk membeli tas dan sepatu idaman.
Ternyata proses ingin memasak itu bukan hal yang mudah. Ada satu hari yang perlu aku habiskan berdikusi dengan Mbah Google bertanya resep dan mencari tau apa maksud dari satu resep juga memperjelas beberapa metode yang tidak lazim. Selanjutnya berkunjung ke toko bahan kue, karena akhirnya keputusan adalah mencoba membuat kue! Oh Gosh I'm baking in! Di toko inilah aku baru tau kalau aku suka dapur dan memasak. Perpaduan wanginya vanili, gurihnya keju, dan manisnya selai serta berbagai macam properti memasak membuatku gila karena bahagia, Oh really!
Untuk memasak kue tentunya aku harus melibatkan 1 keluarga karena minder kalau harus memulai sendiri. Akhirna Mama, Adik, dan Suami dijadikan satu tim kecil dan dibagi tugas. Satu mengayak tepung, satu menakar resep, satu mencuci perabotan masa, dan pastinya semua dapat kebagian mencicipi. Melalui proses itu tentunya juga pakai rasa cemas dan gugup yaaaaa …. entah itu kue ketika masuk pemanggang keluarnya jadi bantat atau gosong.
Cukup mencengangkan ketika kue itu jadi meskipun warnanya gagal tidak sesuai yang kami inginkan. Tadinya rencana bikin red velvet cake tapi jadinya choco cake. Kalau soal rasa, melihat adik dan suamiku celamitan makan tanpa henti ya berarti ini cukup lah dinilai enak. Mengembangkan ide kreatifku karena kekuranganku adalah membuat cake ini berbentuk utuh bulat dan diberi cream menyeluruh seperti cake pada nilai kewajarannya, adalah membuatnya cantik didalam toples.
Karena suka dengan fotografi dan banci sosial media, tentunya hasil inovasi kreasi ini rajin dimasukkan dalam jejaring sosial yang naik daun itu. Senang juga rasanya ketika satu demi satu orang lain mulai tertarik untuk membeli, mencoba, dan dengan baik hati memberi masukan. Ada yang bilang enak, ada yang bilang kemanisan, dan ada yang bilang senang dengan inovasi cake in jar yang memudahkan untuk menyimpannya dan bisa dilanjutkan menikmati dilain waktu. Oh wow! So here I'm …. I'm baking and it bites … awwwwrrrr!
*Now, I'm uploading these lovely serenade sweets menu on my instagram stellashomemade. So please be lovely and take a peek to know more. Interested in tasting this finger licking good treats? please feel free to contact me and I'll be delighted to deliver these to you :) *
Waktu kecil, acara yang favorit kalau sabtu dan minggu pagi itu selain Doraemon, Sailormoon, Sinchan dan yang lain itu aku selalu menanti acara Sisca Soewitomo dan Rudi Choirudin. Kemudian beranjak remaja mulai nontonnya Jamie Oliver dan Nigella Bites juga ada Chef Michael, Bobby Chin, Anthony Bourdain. Dari situ yang sebenernya menunjukkan aku ini suka memasak. Sesekali kalau pas akhir pekan ya suka iseng belanja dan masak lalu Mama, Papa, dan Adik yang jadi jurinya. Kadang mereka suka dan kadang mereka tidak suka.
Akhirnya saya merenung dan mencoba mencari tahu meski itu bukan hal yang mudah, lalu tetiba berpikir aku suka memasak karena pengalaman kecil itu. Namun rasanya sedikit terhambat mengingat selama merantau dan tinggal di kost saya terhambat bersahabat dengan dapur. Untungnya kesukaan saya dalam mencicipi berbagai kuliner baru membantu untuk selalu membuat indra pengecap saya mengetahui mana makanan yang enak, kurang, dan tidak enak. Setelah meminta ijin pada suami karena saya nekat mengeluarkan beberapa ratus ribu uang untuk mencoba memasak tanpa tau hasilnya apa dan dengan resiko kerugian uang padahal beberapa ratus ribu itu cukup untuk membeli tas dan sepatu idaman.
Ternyata proses ingin memasak itu bukan hal yang mudah. Ada satu hari yang perlu aku habiskan berdikusi dengan Mbah Google bertanya resep dan mencari tau apa maksud dari satu resep juga memperjelas beberapa metode yang tidak lazim. Selanjutnya berkunjung ke toko bahan kue, karena akhirnya keputusan adalah mencoba membuat kue! Oh Gosh I'm baking in! Di toko inilah aku baru tau kalau aku suka dapur dan memasak. Perpaduan wanginya vanili, gurihnya keju, dan manisnya selai serta berbagai macam properti memasak membuatku gila karena bahagia, Oh really!
Untuk memasak kue tentunya aku harus melibatkan 1 keluarga karena minder kalau harus memulai sendiri. Akhirna Mama, Adik, dan Suami dijadikan satu tim kecil dan dibagi tugas. Satu mengayak tepung, satu menakar resep, satu mencuci perabotan masa, dan pastinya semua dapat kebagian mencicipi. Melalui proses itu tentunya juga pakai rasa cemas dan gugup yaaaaa …. entah itu kue ketika masuk pemanggang keluarnya jadi bantat atau gosong.
Cukup mencengangkan ketika kue itu jadi meskipun warnanya gagal tidak sesuai yang kami inginkan. Tadinya rencana bikin red velvet cake tapi jadinya choco cake. Kalau soal rasa, melihat adik dan suamiku celamitan makan tanpa henti ya berarti ini cukup lah dinilai enak. Mengembangkan ide kreatifku karena kekuranganku adalah membuat cake ini berbentuk utuh bulat dan diberi cream menyeluruh seperti cake pada nilai kewajarannya, adalah membuatnya cantik didalam toples.
*Now, I'm uploading these lovely serenade sweets menu on my instagram stellashomemade. So please be lovely and take a peek to know more. Interested in tasting this finger licking good treats? please feel free to contact me and I'll be delighted to deliver these to you :) *
Friday, January 17, 2014
Samuel Mulia : Mari Menyaring
Nemu artikel Samuel Mulia, Parodi Kompas Minggu (lupa tanggal berapa) ….
Sekitar satu bulan yang lalu saya bersama rekan sejawat mengurus surat-surat untuk sebuah keperluan. Kami mendapat waktu janji temu dengan pihak pengurus surat-surat itu pada Senin pukul 11 siang. Saat saya sudah menyiapkan diri dan siap berangkat, teman sejawat saya memberitahu secara mendadak, kalau giliran saya adalah hari Kamis, bukan hari Senin.
***
Sekitar satu bulan yang lalu saya bersama rekan sejawat mengurus surat-surat untuk sebuah keperluan. Kami mendapat waktu janji temu dengan pihak pengurus surat-surat itu pada Senin pukul 11 siang. Saat saya sudah menyiapkan diri dan siap berangkat, teman sejawat saya memberitahu secara mendadak, kalau giliran saya adalah hari Kamis, bukan hari Senin.
Kalau soal masalah menjadi jengkel, sudah tak perlu digubris. Hidup kan cuma habis jengkel terbitlah tidak jengkel, setelah tidak jengkel terbitlah jengkel.
Keesokan harinya saya bertemu dengan teman sejawat itu. Saya bertanya bagaimana pertemuannya. ”Resek, Mas. Ditanyain segala macam. Yang inilah, yang itulah. Pokoknya gengges (kata lain dari mengganggu).” Ucapannya itu masuk ke dalam pikiran saya. Dan kebetulan saya ini orang yang kalau sudah mendengar yang negatif, langsung stres. Kepikiran sampai hari Kamis. Apa gerangan yang akan terjadi dengan saya nanti? Dan sebalnya saya sendirian saja. Coba hari Senin, kan bisa berdua. Jauh lebih enak bersama-sama menghadapi orang yang gengges plus resek.
Maka tibalah hari Kamis. Singkat cerita, saya tak mengalami apa yang dialami teman sejawat saya. Ia berhadapan selama kurang dari lima belas menit, saya hanya kurang dari lima menit. Tak ada yang resek, tak ada yang gengges. Sepulang dari urusan itu, saya mulai berpikir. Selama ini saya mendengarkan orang lebih banyak ketimbang menyaring apa yang saya dengar. Kejadian di atas menunjukkan orang bisa saja ke tempat yang sama, berhadapan dengan permasalahan yang sama, tetapi menelurkan hasil yang berbeda. Maka dari itu, masukan itu kadang perlu disaring.
Di Twitter saya membaca banyak bahan pembicaraan. Dari yang berbau politik sampai urusan film. Sejujurnya saya ingin turut berkomentar, tetapi nurani saya memeringati agar sebaiknya tidak dilakukan karena apa yang saya tulis bisa jadi masukan yang baik, tetapi bisa jadi dipergunakan orang lain untuk mengadu domba.
Belum memikirkan yang salah mengartikan apa yang terkandung dalam komentar yang akan saya buat, dan meneruskan yang salah dimengerti itu kepada orang lain. Maka bencana akan pasti terjadi. Dan sejujurnya, dengan sejuta alasan, beberapa manusia senang kalau bencana itu terjadi. Apalagi tak semua orang suka dengan saya dan tak semua orang mau menjadi malaikat. Salah. Semua mau menjadi malaikat. Yang satu mau jadi malaikat pencabut nyawa, yang lain mau menjadi malaikat surgawi.
Jadi menyaring bukan saja dilakukan ketika mendengar masukan dari orang lain, tetapi ketika saya mengeluarkan pandangan-pandangan ke ruang publik. Maka menyaring memerlukan kepekaan nurani yang dalam, dan tidak di bawah pengaruh emosi sesaat. Seperti begitu banyak hoax yang dikirimkan ke BBM Anda dan saya yang kadang membuat deg-degan, misalnya. Itu hanya sebuah contoh bagaimana yang eksternal itu bisa saja menggoyangkan iman, tetapi masalah utamanya saya dan Anda harus melatih dengan rajin untuk belajar menyaring.
Dua hari sebelum tenggat waktu mengirimkan tulisan ini, saya menengok orang sakit. Istrinya berdoa minta kepada Tuhan supaya suaminya boleh sembuh. Gara-gara percakapan dengan istrinya itu, di perjalanan pulang saya jadi mengevaluasi doa-doa yang saya panjatkan kepada Yang Mahaesa itu. Benarkah saya ini sudah menyaring dengan benar apa yang saya ajukan di dalam doa?
Mengapa konten dari doa saya cuma begitu-begitu saja? Kalau tak minta kaya, minta kondang, sehat, enteng jodoh, panjang umur, punya anak. Konten doa saya sangat mencitrakan doa seorang pengecut dan manusia yang mau menang sendiri?
Kalau misalkan pasangan saya sakit keras dan sekarat, apakah doa saya akan berakhir minta sembuh? Mengapa saya minta sembuh? Karena saya tak mau kehilangan. Padahal saya tahu manusia itu kalau enggak sekarang, sekian hari, menit, bulan, tahun kemudian, yaa...pasti game over.
Doa saya adalah doa seorang pengecut. Kontennya hanya melulu menyenangkan saya, tetapi tak berani menyenangkan Sang Pemilik. Nurani saya nyamber. ”Minta melulu. Dari kecil, remaja, dewasa, tua, mintaaaa...melulu. Kapan mau memberi, Bung!” Nanti kan saya bernyanyi nyaring seperti ini. ”Yaaa...saya kan boleh dong minta sama Tuhan. Namanya juga manusia.”
Kalau pasangan saya meninggal, terus kenapa? Apakah saya akan bertanya kepada diri sendiri, untuk apalagi saya hidup, lah wong pasangan saya sudah tidak ada? Tidakkah saya bisa sebentar saja berpikir bahwa saya sudah diberi kesempatan hidup bersama sekian belas atau puluh tahun, yaa...cukup adil bukan kalau sekarang tak bisa bersama lagi? Kan saya dan Anda tahu, tak ada pesta yang tak pernah usai, bukan?
Saya ini cuma berani memiliki, tapi takut kehilangan. Sama seperti kalimat yang selalu saya ucapkan, kalau saya ini ingin masuk surga tapi tak mau mati. Maka menyaring permintaan dalam doa itu penting, tak hanya untuk mengurangi doa-doa egois, tetapi juga menghindari kemungkinan menjadi pengecut.
Batas Akhir Penggunaan : Expired Date
Kemarin adikku berseru dengan lantang "yaaaaaa TimTam ku expired! Ah ya udahlah ya masih enak inih …" lalu tetap saja dia lahap meski sudah terlambat 3 hari dari batas akhir penggunaan. Di lain hari aku juga membaca pernyataan dari teman "Jangan terhanyut sama yang manis - manis, pasti nanti juga basi… coklat aja bisa expired." Hmmm …. Mari berpikir bukan dari permukaannya saja, tapi mari kita ulas lebih dalam. Mau bicara batang coklat? atau biji coklat? <---- kok rasanya maknanya ambigu menuju saru.
Sebagai wanita yang level kecantikannya sedikit diatas rata - rata (bukan bermaksud kePDan tapi lebih ke sadar diri *helah! ) saya menemui pria - pria bicara manis dengan berbagai pujian dan perlakuan. Semuanya mulai dari manis, jorok, norak, dan mempesona pernah saya hadapi. Apakah mereka bisa basi? Apakah mereka lama - lama bosan bicara manis? atau tetap konsisten dengan perlakuannya itu? Tentu saja sebagai orang yang pernah dan masih berusaha untuk tidak skeptis, saya sempat menganggap itu semua bisa basi. 3 bulan pernikahan bilangnya "Hai honey, gorgeous you are awesome and yummy please hand me the food!" nanti 3 hari menuju kematian kalau untung istrinya masih sama dan peyot - peyot bilangnya "ambilin makan!" Ini yang selalu ada di pikiran saya, karena toh sudah tua dan peyot kan ya palsu dan munafik sekali kalau masih dipanggil georgeous, honey, and yummy!
Nah, ini juga lagi - lagi bicara persepsi. Seperti ketika kita makan coklat. Mungkin coklat yang sudah dalam kemasan itu nantinya akan basi karena sudah diolah dan diberi bahan lain yang daya tahannya tidak lama. Tapi coba pikirkan buah coklatnya, sebelum dia diolah. Pastinya orang yang memetik buah coklat untuk diolah akan memikirkan pembibitan ulang, sehingga coklat akan tetap tumbuh terus dan mengikuti lingkaran kehidupan untuk terus dan terus memberi kenikmatan dalam bentuk es coklat, susu coklat, truffles, cookies, dan lain sebagainya. Jadi, kalau nanti kamu lihat istri atau suamimu semakin menua, menyebalkan, tidak bisa dipahami, dan bahkan sudah tidak bisa diajak bercinta *tsah … maukah kamu untuk tidak melihatnya usang secara biologis tapi tetap setia mencintainya dengan tulus dan konsisten? Agar supaya manusia - manusia ini lingkaran kehidupannya semakin terus kaya akan saling memberi dan menerima cinta?
Mungkin setelah menulis ini diatas kepalaku sudah ada halo dan ditanya Tuhan Alam Semesta "mau mati kapan? kok kayaknya udah sok paham gitu sama idup?" ….. jawabku, "nanti - nanti deh Tuhan, lagi pengen beli mobil jeeeeee …. "
Sebagai wanita yang level kecantikannya sedikit diatas rata - rata (bukan bermaksud kePDan tapi lebih ke sadar diri *helah! ) saya menemui pria - pria bicara manis dengan berbagai pujian dan perlakuan. Semuanya mulai dari manis, jorok, norak, dan mempesona pernah saya hadapi. Apakah mereka bisa basi? Apakah mereka lama - lama bosan bicara manis? atau tetap konsisten dengan perlakuannya itu? Tentu saja sebagai orang yang pernah dan masih berusaha untuk tidak skeptis, saya sempat menganggap itu semua bisa basi. 3 bulan pernikahan bilangnya "Hai honey, gorgeous you are awesome and yummy please hand me the food!" nanti 3 hari menuju kematian kalau untung istrinya masih sama dan peyot - peyot bilangnya "ambilin makan!" Ini yang selalu ada di pikiran saya, karena toh sudah tua dan peyot kan ya palsu dan munafik sekali kalau masih dipanggil georgeous, honey, and yummy!
Nah, ini juga lagi - lagi bicara persepsi. Seperti ketika kita makan coklat. Mungkin coklat yang sudah dalam kemasan itu nantinya akan basi karena sudah diolah dan diberi bahan lain yang daya tahannya tidak lama. Tapi coba pikirkan buah coklatnya, sebelum dia diolah. Pastinya orang yang memetik buah coklat untuk diolah akan memikirkan pembibitan ulang, sehingga coklat akan tetap tumbuh terus dan mengikuti lingkaran kehidupan untuk terus dan terus memberi kenikmatan dalam bentuk es coklat, susu coklat, truffles, cookies, dan lain sebagainya. Jadi, kalau nanti kamu lihat istri atau suamimu semakin menua, menyebalkan, tidak bisa dipahami, dan bahkan sudah tidak bisa diajak bercinta *tsah … maukah kamu untuk tidak melihatnya usang secara biologis tapi tetap setia mencintainya dengan tulus dan konsisten? Agar supaya manusia - manusia ini lingkaran kehidupannya semakin terus kaya akan saling memberi dan menerima cinta?
Mungkin setelah menulis ini diatas kepalaku sudah ada halo dan ditanya Tuhan Alam Semesta "mau mati kapan? kok kayaknya udah sok paham gitu sama idup?" ….. jawabku, "nanti - nanti deh Tuhan, lagi pengen beli mobil jeeeeee …. "
Subscribe to:
Posts (Atom)