Thursday, July 31, 2014
I Give It A(nother) Years
Sebagai orang pelupa, sekali lagi aku membuat jengkel suamiku ketika film ini tetiba muncul di Fox Movies malam itu. Aku seperti semangat untuk menonton dan suamiku mempertanyakan karena sebetulnya kami punya film ini dan aku selama ini tidak tertarik untuk menonton. Akhirnya kami memilih tidur dan tidak melanjutkan pertengkaran perihal kealpaan ku dalam mengingat sesuatu. Keesokan harinya baru aku tergerak menonton film itu karena ibuku dan adikku menyarankan karena menurut mereka film ini mirip dengan kisahku dan suamiku. Demikian juga mereka berpesan "semoga ending nya jangan ikut - ikutan sama" Karena penasaran, maka kuajak suamiku malam itu menonton film ini :
Thursday, July 17, 2014
ayahku (bukan) idolaku
Kalau melihat di sosial media beberapa teman menampilkan berbagai bentuk kasih sayang dan bagaimana mereka mengidolakan ayah mereka, aku hanya punya perasaan dingin untuk melalui laman itu dan mengganti pada laman lainnya. Sementara setiap aku melihat sebuah citra keluarga suamiku yang hangat dan bagaimana suamiku mencium hangat ayahnya setiap bertemu dan meninggalkan pesan manis berbau perhatian, aku hanya teringat betapa aku tidak pernah ingin mencium dan memeluk ayahku. Aku cemburu bagaimana aku tidak punya hubungan relasi demikian dengan ayahku, dia bukan idolaku.
Sebagai sosok pahlawan, aku hampir tidak punya kenangan manis bagaimana dia menyelamatkan aku dari sebuah masalah. Hanya satu mungkin yang aku ingat ketika masa SMP dimana aku harus dijatuhi hukuman karena merokok di sekolah. Dia mewajarkan kegiatan merokokku dan membuat hukumanku sedikit lebih ringan daripada yang lain. Entah itu bentuk kepahlawanan atau menjerumuskan, yang jelas saat itu aku merasa diselamatkan. Menjelang SMA sampai saat ini, hubungan kami memburuk dan aku sudah tidak melihatnya sebagai pahlawan lagi, dia cukup bertitel ayah dimana aku memanggilnya "Pa" Ingatanku kembali pada masa titik balik hidupku, dimana aku sangat terpuruk kala itu dan ayahku tidak tercatat kehadirannya, bahkan dia takut untuk sekedar memberi dorongan, semangat, atau bahkan mengunjungiku. Kami tidak bertegur sapa sampai hampir satu tahun. Aku kehilangan pahlawanku.
Sebagai sosok pahlawan, aku hampir tidak punya kenangan manis bagaimana dia menyelamatkan aku dari sebuah masalah. Hanya satu mungkin yang aku ingat ketika masa SMP dimana aku harus dijatuhi hukuman karena merokok di sekolah. Dia mewajarkan kegiatan merokokku dan membuat hukumanku sedikit lebih ringan daripada yang lain. Entah itu bentuk kepahlawanan atau menjerumuskan, yang jelas saat itu aku merasa diselamatkan. Menjelang SMA sampai saat ini, hubungan kami memburuk dan aku sudah tidak melihatnya sebagai pahlawan lagi, dia cukup bertitel ayah dimana aku memanggilnya "Pa" Ingatanku kembali pada masa titik balik hidupku, dimana aku sangat terpuruk kala itu dan ayahku tidak tercatat kehadirannya, bahkan dia takut untuk sekedar memberi dorongan, semangat, atau bahkan mengunjungiku. Kami tidak bertegur sapa sampai hampir satu tahun. Aku kehilangan pahlawanku.
Friday, July 11, 2014
Her
Monday, July 7, 2014
Blow me a year
Suatu sore aku lihat ekspresi suami saya sedikit berbeda. Sepertinya dia sedang melakukan komunikasi dengan orang lain dan tampak sekali dia kebingungan. Aku tanya kenapa dia sepertinya kesulitan menjawab. Sampai sebelum tidur dan setelah banyak bercerita, aku tau kalau dia kuatir kado ulang tahunku tidak sampai pada hari-H. Wajahnya nampak gusar dan lucu seperti orang yang tidak biasa memberikan sesuatu yang spesial untuk orang lain di hari yang penting. Oh I'm flattered.
Iya, Hari Minggu kemarin ini umurku bertambah 1 tahun lagi menjadi 29! oh lala … on more year and I hit 30! Ulang tahunku sejak kecil selalu dirayakan. Mulai dari berkumpul bersama tetangga lengkap dengan kue dan kado sampai pada kejutan tengah malam dan makan bersama keluarga. Tentu ini berbeda dengan budaya suamiku yang tidak pernah merayakan hari jadi secara spesial. Maka pada hari ini, aku pun mengurungkan diri untuk berharap banyak. Malah aku lebih merenungkan mencari determinasi hidupku menjelang umur 30. Oh my God! better resolution please.
Syukurlah aku sudah siap dengan pertanyaan suamiku "what's your resolution this year?" lalu aku menjabarkan betapa aku ingin sifat temperamentalku perlahan memudar, rasa percaya diriku tumbuh, aku bisa menerima orang siapapun itu tanpa penilaian subyektifku, aku bisa melepaskan masa lalu, dan lebih tenang menjalain hari - hariku, juga menahan diri atas segala ucap sadisku terhadap suatu kejadian . Oh satu lagi! resolusi kali ini tidak lagi langsing, tapi aku ingin bisa olahraga … *bwahahahahh!
Lalu kemudian entah kenapa malam itu ketika suamiku bertanya dan aku menjelaskan, rasanya langkahku semakin ringan walaupun daging 200 gram baru saja kunikmati dengan arogannya.
Terima kasih alam semesta!
Iya, Hari Minggu kemarin ini umurku bertambah 1 tahun lagi menjadi 29! oh lala … on more year and I hit 30! Ulang tahunku sejak kecil selalu dirayakan. Mulai dari berkumpul bersama tetangga lengkap dengan kue dan kado sampai pada kejutan tengah malam dan makan bersama keluarga. Tentu ini berbeda dengan budaya suamiku yang tidak pernah merayakan hari jadi secara spesial. Maka pada hari ini, aku pun mengurungkan diri untuk berharap banyak. Malah aku lebih merenungkan mencari determinasi hidupku menjelang umur 30. Oh my God! better resolution please.
Syukurlah aku sudah siap dengan pertanyaan suamiku "what's your resolution this year?" lalu aku menjabarkan betapa aku ingin sifat temperamentalku perlahan memudar, rasa percaya diriku tumbuh, aku bisa menerima orang siapapun itu tanpa penilaian subyektifku, aku bisa melepaskan masa lalu, dan lebih tenang menjalain hari - hariku, juga menahan diri atas segala ucap sadisku terhadap suatu kejadian . Oh satu lagi! resolusi kali ini tidak lagi langsing, tapi aku ingin bisa olahraga … *bwahahahahh!
Lalu kemudian entah kenapa malam itu ketika suamiku bertanya dan aku menjelaskan, rasanya langkahku semakin ringan walaupun daging 200 gram baru saja kunikmati dengan arogannya.
Terima kasih alam semesta!
let's go! |
poffertjes from a friend! |
my very surprising birthday gift from my be loving husband |
My husband's writing! |
Wednesday, July 2, 2014
Moonrise Kingdom , The Grand Hotel Budapest , Fantastic Mr. Fox
I must say this awesomness movies bring me to the criterion classic contemporary list for they really steal my heart. My husband introduced me to Moonrise Kingdom and we both (or maybe just me feeling overwhelmed), I found this movie is greatly depicted in distinctive way of setting. The touch of vintage and classic setting, nice color pallet, and swinging naration are completed with many moral lessons I learn from.
A simple story of two young lover whose family life is not really interest them leads to their journey of getting to know and adventorous escapade to unite their true feelings toward each other. How its story wrapped in distinctive setting in classical and historical way that amazed me. It won't stop me saying "oooohhhh sweetie" until a simply laugh at the end of the story.
Overall! hey hey hey I call our (my husband and I) house as Moonrise Kingdom!
I recall all my memories working at the hotel, the concierge, the lobby boy, the restaurant, and the secret behind every numbered doors. Probably this story revealing one of that door, the adventour of Zero Moustava and his senior Mr. Gustave. This movie teaches me about loyalty, friendship, and the right of being right.
The cold setting of old furnished and some classic decoration, this movie brings the nuance of historical germany setting. Completed with the scenes I found and some costumes I like. This movie really pleased my weekend :) Oh ya! My husband and I really like how they exposed antlers!!! yey yey yey our favorite! And one more thing …. so many laugh and smile will be with you during the story!
As I'm in love with these kind of movies, I started to browse and find out more about them. It is found that Wes Anderson made these movies *hail*! So our next must watch movies is the epic one-stop-motion movie of Fantastic Mr. Fox. Oh my God!!!!!!!
SPLENDID!
More than just laugh and laugh, I was thrilled to further indulging myself into this movie. Mr. Fox and his family let me learn about being ourself and be good at it.
Oh I love it .. I love it … I love it ….
A simple story of two young lover whose family life is not really interest them leads to their journey of getting to know and adventorous escapade to unite their true feelings toward each other. How its story wrapped in distinctive setting in classical and historical way that amazed me. It won't stop me saying "oooohhhh sweetie" until a simply laugh at the end of the story.
Overall! hey hey hey I call our (my husband and I) house as Moonrise Kingdom!
I recall all my memories working at the hotel, the concierge, the lobby boy, the restaurant, and the secret behind every numbered doors. Probably this story revealing one of that door, the adventour of Zero Moustava and his senior Mr. Gustave. This movie teaches me about loyalty, friendship, and the right of being right.
The cold setting of old furnished and some classic decoration, this movie brings the nuance of historical germany setting. Completed with the scenes I found and some costumes I like. This movie really pleased my weekend :) Oh ya! My husband and I really like how they exposed antlers!!! yey yey yey our favorite! And one more thing …. so many laugh and smile will be with you during the story!
As I'm in love with these kind of movies, I started to browse and find out more about them. It is found that Wes Anderson made these movies *hail*! So our next must watch movies is the epic one-stop-motion movie of Fantastic Mr. Fox. Oh my God!!!!!!!
SPLENDID!
More than just laugh and laugh, I was thrilled to further indulging myself into this movie. Mr. Fox and his family let me learn about being ourself and be good at it.
Oh I love it .. I love it … I love it ….
Dear Citizen,
Setelah belajar dan mencoba memahami gegap gempitanya negara ini mengusung dua calon presiden yang bersikeras menjadi yang terbaik, saya ingin mencoba menulis dari sisi kaca mata yang lain. Seusai panasnya suasana surat menyurat untuk calon presiden A dan presiden B, serta merta surat balasan untuk si penulis surat dan ditutup 4 x 4 = 16, sempat tidak sempat harap dibalas, lalu kemudian saya tersenyum betapa selow (baca: ngga ada kerjaan) nya orang - orang ini. Karena saya tidak selow dan mumpung ada 30 menit waktu istirahat supaya saya ndak dituduh magabu (makan gaji buta) maka saya sempatkan menulis.
Protesmu keras! komentarku pada beberapa orang frontal yang membabi buta menuntut ini itu. Seperti ibu - ibu yang saya temui di warung ijo tempat langganan beli nasi sayur berujar "ya saya tetep milih pak itu to! jelas baik buat presiden!!! cinta rakyat" *sembari menyenggol tempe goreng yang terjatuh di tanah dan tidak diambil, hanya memberi senyum, dan merugikan si pemilik warung ijo* Mbok ya kalau nuntut sesuatu tu balikkan tuntutan itu ke diri sendiri. Ini yang mendasari saya menulis untuk warga negara ini, bukan buat calon - calon presiden itu.
Dalam satu hari saja, sudah berapa warga yang kelakuannya brutal minta ampun saya temui? minimal 10 lah … Dari mulai ketika saya ada di lampu lalu lintas, warnanya sudah kuning, saya memutuskan berhenti, tapi dimaki karena lamban dan didahului meski warna lampunya merah. Berapa banyak yang melanggar lalu lintas hari ini? korupsi waktu? berapa banyak dari kita yang memilih untuk melakukan hal lain daripada menyelesaikan pekerjaan kantor? doing social media for instance? Buang sampah sembarangan? seperti seseorang yang saya temui di jalan, mobil mewah, tapi kelakuan barbar! Membuang semua sampah di mobilnya ditengah jalan raya Yogyakarta - Solo? Itu baru sedikit yang saya gambarkan disini, tapi sudah cukup membawa ke inti pemikiran saya.
Saya sebagai warga negara, juga sudah patah hati sama negara ini. Namanya patah hati kan sembuhnya lama, jadi sampai sekarang juga belum sembuh. Dulu sempat semangat ikut pemilu, wah capresnya seru programnya, tapi akhirnya sama saja. Itu juga sama dengan cerita lima tahunan pemilu lainnya. Rasanya kayak dirayu habis - habisan, lalu ditinggal selingkuh. Tentunya rasa percaya pada negara ini juga kandas entah kemana, mengembalikannya saja tidak semudah menghitung anggaran THR (hehehe, saya lagi sibuk ngitung THR nih). Pada akhirnya saya nyanyi lagunya The Corrs "don't say you love me, unless forever…" jadinya nunggu bukti aja, daripada kemakan janji - janji palsu. Kemudian ya mau ngga mau jadi warga negara disini, wong saya lahirnya disini padahal ngga pernah minta, wong saya nyari pria asing yang mau nikahin saya supaya dapet warga negara lain juga ngga dapat.
Nah, ketika kita menuntut orang lain untuk memberi bukti bukan janji, coba sekarang menghadap ke cermin dan tanya ke lubuk hati yang paling dalam sambil lihat pantulan muka kita di kaca, "sudahkah saya menepati janji?" Banyak sekali kok yang bisa kita lakukan sebelum menuntut pemerintah kita menjadi lebih, yuk mari kita jadi cerdas dan cermat sedikit dimanapun kita berada, mulailah dari hal kecil. Coba pikirkan lagi, kalau kita ini menyerukan bahwa kita negara beragama ( ya cuman agama satu itu tok til yang disebut - sebut), tapi coba lihat, kenapa negara lain yang sudah tidak taat beragama tapi bisa lebih tertib hukum dan lebih beradab kelakuannya dan terlebih lagi, negara mereka lebih maju…
Protesmu keras! komentarku pada beberapa orang frontal yang membabi buta menuntut ini itu. Seperti ibu - ibu yang saya temui di warung ijo tempat langganan beli nasi sayur berujar "ya saya tetep milih pak itu to! jelas baik buat presiden!!! cinta rakyat" *sembari menyenggol tempe goreng yang terjatuh di tanah dan tidak diambil, hanya memberi senyum, dan merugikan si pemilik warung ijo* Mbok ya kalau nuntut sesuatu tu balikkan tuntutan itu ke diri sendiri. Ini yang mendasari saya menulis untuk warga negara ini, bukan buat calon - calon presiden itu.
Dalam satu hari saja, sudah berapa warga yang kelakuannya brutal minta ampun saya temui? minimal 10 lah … Dari mulai ketika saya ada di lampu lalu lintas, warnanya sudah kuning, saya memutuskan berhenti, tapi dimaki karena lamban dan didahului meski warna lampunya merah. Berapa banyak yang melanggar lalu lintas hari ini? korupsi waktu? berapa banyak dari kita yang memilih untuk melakukan hal lain daripada menyelesaikan pekerjaan kantor? doing social media for instance? Buang sampah sembarangan? seperti seseorang yang saya temui di jalan, mobil mewah, tapi kelakuan barbar! Membuang semua sampah di mobilnya ditengah jalan raya Yogyakarta - Solo? Itu baru sedikit yang saya gambarkan disini, tapi sudah cukup membawa ke inti pemikiran saya.
Saya sebagai warga negara, juga sudah patah hati sama negara ini. Namanya patah hati kan sembuhnya lama, jadi sampai sekarang juga belum sembuh. Dulu sempat semangat ikut pemilu, wah capresnya seru programnya, tapi akhirnya sama saja. Itu juga sama dengan cerita lima tahunan pemilu lainnya. Rasanya kayak dirayu habis - habisan, lalu ditinggal selingkuh. Tentunya rasa percaya pada negara ini juga kandas entah kemana, mengembalikannya saja tidak semudah menghitung anggaran THR (hehehe, saya lagi sibuk ngitung THR nih). Pada akhirnya saya nyanyi lagunya The Corrs "don't say you love me, unless forever…" jadinya nunggu bukti aja, daripada kemakan janji - janji palsu. Kemudian ya mau ngga mau jadi warga negara disini, wong saya lahirnya disini padahal ngga pernah minta, wong saya nyari pria asing yang mau nikahin saya supaya dapet warga negara lain juga ngga dapat.
Nah, ketika kita menuntut orang lain untuk memberi bukti bukan janji, coba sekarang menghadap ke cermin dan tanya ke lubuk hati yang paling dalam sambil lihat pantulan muka kita di kaca, "sudahkah saya menepati janji?" Banyak sekali kok yang bisa kita lakukan sebelum menuntut pemerintah kita menjadi lebih, yuk mari kita jadi cerdas dan cermat sedikit dimanapun kita berada, mulailah dari hal kecil. Coba pikirkan lagi, kalau kita ini menyerukan bahwa kita negara beragama ( ya cuman agama satu itu tok til yang disebut - sebut), tapi coba lihat, kenapa negara lain yang sudah tidak taat beragama tapi bisa lebih tertib hukum dan lebih beradab kelakuannya dan terlebih lagi, negara mereka lebih maju…
Subscribe to:
Posts (Atom)