instagram

Pages

Tuesday, September 3, 2013

E.N.O.U.G.H!!!!!!!!!


For my other half, other blood, and other surround in ups and downs


Sudah tiga malam ini aku terbangun tengah malam, mimpi – mimpiku konyol sih suatu waktu mimpi tetanggaku alien, lain waktu mimpi Obama njemput salah satu mentri yang lagi jalan kaki, pernah juga mimpi gendong bayi yang tumbuh besar tiap menit. Hanya saja ada yang mengusik tidurku setiap malam itu, hatiku seperti dipijit – pijit sakit dan menyesakkan ulu hatiku. Kenapa ini? Pikirku malam itu sampai kemudian semua pikirku kembali pada masa lalu yang berat, sakit, dan menyedihkan. Kenapa pikiran itu datang lagi??? Teriakku dalam hati karena tidak mungkin aku teriak malam – malam karena suamiku akan terbangun.

Sudah lelah aku akan mereka yang menasehati bahwa yang aku alami ini belum seberapa, masih tampak cemen, tidak seharusnya diratapi, dan sudah seharusnya ditinggalkan. Mudah gundulmu! Begitu umpatku!! Buktinya ini mengganggu kinerjaku dan aku semakin kuatir ini mengganggu pikiran suamiku melihat istrinya suka sinting nangis sendiri. Mungkin ini juga tidak seberapa depresinya seperti Angelina Jolie yang sampai kurus kering karena stress (oh I wish I can get skinnier too, still with big boops I have) Lalu ini semua apa???!!! Aku harus bagaimana???

Lelah aku bertanya dan aku harus menemukan solusinya. Melalui skype aku menghubungi salah satu sahabat yang punya latar belakan psikologi, dan mungkin memang aku butuh head shrinker saat ini. Mulailah aku berkonsultasi padanya.

RASA
Itu pertanyaan pertamanya, apa yang aku rasakan. Aku merasa aku punya kecemasan akan ketidak percayaan dan hal buruk akan terjadi. Aku takut sakit, takut dikhianati, takut dibohongi takut ditinggalkan, dan takut segalanya hancur berantakan (lagi).

MASA LALU
Aku mulai menjelaskan masa lalu yang sakit ketika aku menemukan orang yang aku percayai mengkhianati aku, ayahku dan mantan kekasihku. Dua sosok yang seharusnya dan sewajarnya pada kehidupan social yang normal adalah tempat aku berlindung dan percaya. Tempat utama yang bisa membuat pernyataan “seglanya akan baik – baik saja” dan hidup kemudian terasa lebih mudah. Namun ternyata alam semesta punya rencana lain. Aku terpaksa harus berdiri dan berpaku sendiri dalam sakit dan kehilangan kepercayaan juga apatis akan rasa.

DIRI SENDIRI
Bagaimana aku melihat diriku? Ya aku benci dengan diriku, menyalahkan diriku, bahwa segala yang terjadi itu semua salahku. Coba aku dulu begini, coba aku dulu begitu, dan semuanya pasti akan baik – baik saja. Aku tidak percaya pada diriku sendiri, aku benci pada diriku sendiri, aku lebih baik mati karena hidup juga tak ada untungnya. Aku juga tidak minta untuk hidup, aku hanya tidak sengaja jadi lahir. Aku tidak pernah melihat hidup sebagai berkah, hanya beban saja yang harus kutanggung dan cari akal untuk untuk membunuh waktu sampai mati, kalau bisa dipercepat. Aku tidak menghargai hidupku SAMA SEKALI!

SIAPA MASA LALUMU?
Aku ditanya, masa laluku itu spion atau truk besar yang membuntuti. DEMENTOR! Begitu jawabku… karena masa laluku menyedot segala rasa syukur dan bahagiaku di saat ini. Kemudian aku ditanya, bagian apa dalam masa laluku yang membuat aku bahagia. Sempat aku bingung sesaat, mungkin karena pikirku penuh dengan amarah dan sakit, sampai tak kutemukan. Pastinya ada yang membuatku bahagia, little heaven (itu bagaimana aku menyebut kamar kecilku di rumah yang lama), pengalaman karirku, teman, makanan yang pernah aku icipi, dan tempat – tempat yang pernah aku kunjungi. Setidaknya ada yang indah J

HADAPI ATAU ENYAH
Kupikir aku selama ini menghadapi, tapi ternyata ada kesibukan dan pengalihan perhatian yang membuatku lebih ke mengenyahkan daripada menghadapi. Sibuknya pekerjaanku dulu, teman main, pacar – pacar absurd yang tidak aku cintai, harta benda, kesuksesan, dan itu semua mengalihkan perhatianku dari masa lalu yang sakit itu. Kemudian kurasa aku sembuh, namun ternyata belum.

Kenapa pikiran itu datang lagi menghantui? Ternyata itu karena aku seloooooooo …. Aku punya banyak waktu luang untuk  melamun, dan ingatan itu kembali menghantui. Aku mulai mencoba jatuh cinta, jadi itu merupakan ancaman untuk sakit lagi. Aku menghadapi dua jenis sosok yang dulu pernah mengkhianati kepercayaan, bekerja dengan ayahku dan memutuskan jatuh cinta kepada suamiku. Ketika bantalku penuh airmata tiap malam, berbanding terbalik dengan bantal suamiku yang mungkin penuh dengan iler. Aku sering menangis diam – diam, kadang didepan suamiku. Aku ingin teriak, tapi aku takut didatangi tetangga kompleks. Kemudian aku memilih untuk diam.

Sahabatku yang sedang kujadikan pembimbing konselingku ini mengajakku untuk menyembuhkan sakitku, bukan untuk mengenyahkan dari pikirku, untuk menghadapi bukan untuk berlari. Menurutnya, momen dimana aku seloooooo tanpa karir dengan tekanan yang biasa aku hadapi ini adalah tepat untuk merefleksikannya, menghadapi, dan mencoba untuk berdamai dengan diriku sendiri.

Caranya?????? Demikian teriakku dan pasti yang lain yang mungkin yang berharap dan yang putus asa mencari jawaban.

Bekerja sama dengan suamiku, itu yang paling penting, karena hanya dia yang ada disampingku dan melihatku dengan cara yang berbeda. Karena masa laluku sama pentingnya untuknya dan juga masa lalunya sama pentingnya untuk ku. Yang jelas aku harus meyakinkan suamiku aku tidak sinting, aku sedang menghadapi masa laluku.

Pada detik – detik dementor masa lalu itu datang, aku hanya perlu menikmati sakitnya sampai aku tidak tahan, efeknya bisa menangis, teriak, dan muntah. Tapi itu harus dikeluarkan dan harus disampaikan. Karena nantinya entah kapan, suatu saat nanti, ketika masa lalu itu datang, aku bisa bilang itu kenangan, bukan dementor.

Jadi ketika yang lain mungkin ingin melakukan yang sama tapi ngga punya suami. Kamar mandi, air gemericik, aromatherapy, hardbeat song, dan chocolate, bisa membantu untuk menangis, teriak, dan berdamai dengan masa lalu. Tingkatkan serotonin, mari bunuh trauma sama – sama, nikmati hari ini, dan berbagi cinta (bukan berbagi bercinta, itu beda!!)


Untuk sahabatku, @adelaksmi … terima kasih untuk waktunya  pagi – pagi disela kesibukanmu untuk menjawab skype ku. Terima kasih kala dulu pintu kantormu yang selalu aku buka dengan paksa, dan aku tutup, sebagai tempat aku menangis, mencurahkan bebanku, dan tidak pernah melihat aku sinting. I thank you full!

No comments:

Post a Comment