For my other half, other blood, and other surround in ups
and downs
Sudah tiga malam ini aku terbangun tengah malam, mimpi –
mimpiku konyol sih suatu waktu mimpi tetanggaku alien, lain waktu mimpi Obama
njemput salah satu mentri yang lagi jalan kaki, pernah juga mimpi gendong bayi
yang tumbuh besar tiap menit. Hanya saja ada yang mengusik tidurku setiap malam
itu, hatiku seperti dipijit – pijit sakit dan menyesakkan ulu hatiku. Kenapa
ini? Pikirku malam itu sampai kemudian semua pikirku kembali pada masa lalu
yang berat, sakit, dan menyedihkan. Kenapa pikiran itu datang lagi??? Teriakku
dalam hati karena tidak mungkin aku teriak malam – malam karena suamiku akan
terbangun.
Sudah lelah aku akan mereka yang menasehati bahwa yang aku
alami ini belum seberapa, masih tampak cemen, tidak seharusnya diratapi, dan sudah
seharusnya ditinggalkan. Mudah gundulmu!
Begitu umpatku!! Buktinya ini mengganggu kinerjaku dan aku semakin kuatir ini
mengganggu pikiran suamiku melihat istrinya suka sinting nangis sendiri.
Mungkin ini juga tidak seberapa depresinya seperti Angelina Jolie yang sampai
kurus kering karena stress (oh I wish I
can get skinnier too, still with big boops I have) Lalu ini semua apa???!!!
Aku harus bagaimana???
Lelah aku bertanya dan aku harus menemukan solusinya.
Melalui skype aku menghubungi salah satu sahabat yang punya latar belakan
psikologi, dan mungkin memang aku butuh head
shrinker saat ini. Mulailah aku berkonsultasi padanya.
RASA
Itu pertanyaan pertamanya, apa yang aku rasakan. Aku merasa
aku punya kecemasan akan ketidak percayaan dan hal buruk akan terjadi. Aku
takut sakit, takut dikhianati, takut dibohongi takut ditinggalkan, dan takut
segalanya hancur berantakan (lagi).
MASA LALU
Aku mulai menjelaskan masa lalu yang sakit ketika aku
menemukan orang yang aku percayai mengkhianati aku, ayahku dan mantan
kekasihku. Dua sosok yang seharusnya dan sewajarnya pada kehidupan social yang
normal adalah tempat aku berlindung dan percaya. Tempat utama yang bisa membuat
pernyataan “seglanya akan baik – baik saja” dan hidup kemudian terasa lebih
mudah. Namun ternyata alam semesta punya rencana lain. Aku terpaksa harus
berdiri dan berpaku sendiri dalam sakit dan kehilangan kepercayaan juga apatis
akan rasa.
DIRI SENDIRI
Bagaimana aku melihat diriku? Ya aku benci dengan diriku,
menyalahkan diriku, bahwa segala yang terjadi itu semua salahku. Coba aku dulu
begini, coba aku dulu begitu, dan semuanya pasti akan baik – baik saja. Aku
tidak percaya pada diriku sendiri, aku benci pada diriku sendiri, aku lebih
baik mati karena hidup juga tak ada untungnya. Aku juga tidak minta untuk
hidup, aku hanya tidak sengaja jadi lahir. Aku tidak pernah melihat hidup
sebagai berkah, hanya beban saja yang harus kutanggung dan cari akal untuk untuk
membunuh waktu sampai mati, kalau bisa dipercepat. Aku tidak menghargai hidupku
SAMA SEKALI!
SIAPA MASA LALUMU?
Aku ditanya, masa laluku itu spion atau truk besar yang
membuntuti. DEMENTOR! Begitu jawabku… karena masa laluku menyedot segala rasa
syukur dan bahagiaku di saat ini. Kemudian aku ditanya, bagian apa dalam masa
laluku yang membuat aku bahagia. Sempat aku bingung sesaat, mungkin karena
pikirku penuh dengan amarah dan sakit, sampai tak kutemukan. Pastinya ada yang
membuatku bahagia, little heaven (itu
bagaimana aku menyebut kamar kecilku di rumah yang lama), pengalaman karirku,
teman, makanan yang pernah aku icipi, dan tempat – tempat yang pernah aku
kunjungi. Setidaknya ada yang indah J
HADAPI ATAU ENYAH
Kupikir aku selama ini menghadapi, tapi ternyata ada
kesibukan dan pengalihan perhatian yang membuatku lebih ke mengenyahkan
daripada menghadapi. Sibuknya pekerjaanku dulu, teman main, pacar – pacar
absurd yang tidak aku cintai, harta benda, kesuksesan, dan itu semua
mengalihkan perhatianku dari masa lalu yang sakit itu. Kemudian kurasa aku
sembuh, namun ternyata belum.
Kenapa pikiran itu datang lagi menghantui? Ternyata itu
karena aku seloooooooo …. Aku punya banyak waktu luang untuk melamun, dan ingatan itu kembali menghantui.
Aku mulai mencoba jatuh cinta, jadi itu merupakan ancaman untuk sakit lagi. Aku
menghadapi dua jenis sosok yang dulu pernah mengkhianati kepercayaan, bekerja
dengan ayahku dan memutuskan jatuh cinta kepada suamiku. Ketika bantalku penuh
airmata tiap malam, berbanding terbalik dengan bantal suamiku yang mungkin
penuh dengan iler. Aku sering menangis diam – diam, kadang didepan suamiku. Aku
ingin teriak, tapi aku takut didatangi tetangga kompleks. Kemudian aku memilih
untuk diam.
Sahabatku yang sedang kujadikan pembimbing konselingku ini
mengajakku untuk menyembuhkan sakitku, bukan untuk mengenyahkan dari pikirku,
untuk menghadapi bukan untuk berlari. Menurutnya, momen dimana aku seloooooo
tanpa karir dengan tekanan yang biasa aku hadapi ini adalah tepat untuk
merefleksikannya, menghadapi, dan mencoba untuk berdamai dengan diriku sendiri.
Caranya?????? Demikian teriakku dan pasti yang lain yang
mungkin yang berharap dan yang putus asa mencari jawaban.
Bekerja sama dengan suamiku, itu yang paling penting, karena
hanya dia yang ada disampingku dan melihatku dengan cara yang berbeda. Karena
masa laluku sama pentingnya untuknya dan juga masa lalunya sama pentingnya
untuk ku. Yang jelas aku harus meyakinkan suamiku aku tidak sinting, aku sedang
menghadapi masa laluku.
Pada detik – detik dementor masa lalu itu datang, aku hanya
perlu menikmati sakitnya sampai aku tidak tahan, efeknya bisa menangis, teriak,
dan muntah. Tapi itu harus dikeluarkan dan harus disampaikan. Karena nantinya
entah kapan, suatu saat nanti, ketika masa lalu itu datang, aku bisa bilang itu
kenangan, bukan dementor.
Jadi ketika yang lain mungkin ingin melakukan yang sama tapi
ngga punya suami. Kamar mandi, air gemericik, aromatherapy, hardbeat song, dan chocolate, bisa membantu untuk menangis, teriak, dan berdamai
dengan masa lalu. Tingkatkan serotonin, mari bunuh trauma sama – sama, nikmati
hari ini, dan berbagi cinta (bukan berbagi bercinta, itu beda!!)
Untuk sahabatku, @adelaksmi … terima kasih untuk
waktunya pagi – pagi disela kesibukanmu
untuk menjawab skype ku. Terima kasih kala dulu pintu kantormu yang selalu aku
buka dengan paksa, dan aku tutup, sebagai tempat aku menangis, mencurahkan
bebanku, dan tidak pernah melihat aku sinting. I thank you full!
No comments:
Post a Comment