instagram

Pages

Monday, December 2, 2013

Monster University : It's OK to be OK

Sebagai bukan penyuka film kartun, aku hanya akan menontonnya ketika suamiku mengajak untuk menikmati makhluk makhluk tidak realis bergambar warna - warni. Awalnya selalu enggan, sejak aku menonton Up dan akhirnya jadi terharu, kemudian nonton WallE yang lalu jadi terinspirasi, akhirnya nonton Monster Inc. dan diikuti Monster University. Betul juga kalau kartun - kartun ini kadang menarik untuk mengendurkan otot - otot yang tegang disertai pelajaran moral yang membuat manggut - manggut lalu berpikir.

Kisah Monster Inc dan Monster University ini membawa aku kembali ke masa lalu. Sejak kecil kita diperkenalkan dengan kompetisi kejuaraan, demikian juga aku. Mulai dari juara lomba lukis, mewarnai, gerak dan lagu, sampai makan krupuk, juga lari karung, dan berbagai macam lainnya. Secara obyektif aku ini anak yang minderan dan terlalu sensitif sehingga kompetisi - kompetisi itu juga mempengaruhi caraku untuk berpikir memahami ambisi untuk menang. Dulu rasanya terluka sampai menusuk hati waktu sepupu - sepupu selalu juara 1, 2, dan 3 … lalu aku mentok di 10 besar jadi selalu saja tidak bisa mengambil senyum bangga Eyang Kakung dan Putri. Walaupun tetap diberi salam tempel, rasanya kurang puas menjadi juara.

Beranjak dewasa atau menua menurutku, karena dewasa tampak terlalu berat, aku menjadi anak yang selalu bekerja keras dan dicambuk ambisi untuk mencapai sesuatu. Aku bukan anak yang bisa dengan mudahnya bilang "it's ok! to be ok!' Kemudian Mike Wazowski salah satu tokoh utama di Monster University mengajakku belajar untuk berjuang dan menerima. Tentu saja aku bukan orang yang mudah menerima toh aku tumbuh untuk selalu menjadi mandiri, juara, dan kompetitif.

Mike Wazowski selalu bermimpi menjadi monster yang profesinya sebagai tukang menakut - nakuti anak kecil. Dimana dalam dunia monster ini adalah profesi jagoan dan menjadi kunci utama kehidupan Monster. Jadi tugas si monster yang menakut - nakuti ini adalah mendapatkan energi dari teriakan anak kecil yang ketakutan dan nantinya energi itu yang jadi sumber kehidupan di dunia monster. Tentunya syarat menjadi monster jagoan ini yang paling utama adalah punya bentuk yang menakutkan dan suara mengaum yang mengerikan. Takdir berkata lain karena Mike Wazowski terlahir menjadi monster yang imut. Jadi sebagaimanapun cerdasnya dia mengenyam pendidikan di Monster University dengan nilai A+ dia tidak punya bakat dan talenta untuk bisa jadi mendapatkan profesi monster jagoan yang tugasnya menakut - nakuti.

Tentu saja dia tidak terima dengan kenyataan ini dan membuktikan dengan berbagai cara untuk mencapai tujuannya itu. Di akhir cerita akhirnya profesi Mike ini adalah mendampingi sahabatnya yang juga monster yaitu Sullie. Nah, si Sullie ini emang terlahir berbakat menakuti, cuman karena kurang cerdas dia membutuhkan kecerdasan Mike untuk membantu Sullie menjadi monster penakut sejati yang mana profesi ini sebetulnya diidamkan oleh si Mike. Mereka menjadi tim yang bersinergi dan sukses mencapai target untuk menakut - nakuti anak kecil dengan nilai tertinggi.

Percayalah menerima kekalahan memang bukan hal yang mudah. Menerima bahwa tujuan yang ingin diraih itu tidak tercapai mencabik - cabik emosi dan menumbuhkan keputusasaan. Tapi tidak ada tantangan jika semuanya dimenangkan karena memang selayaknya kalah dan menang bersanding dalam sebuah kompetisi. Aku yakin Mike juga membutuhkan waktu yang lama untuk menerima bahwa dia tidak akan bisa menjadi apa yang dia inginkan tapi bisa mengaplikasikan sisi positif kelebihan dari dirinya untuk menjadi berguna tidak hanya untuk orang lain, juga dirinya sendiri. Jadi, jangan takut kalah dan jangan takut gagal, mungkin kita hanya belum bisa melihat sisi lain dari diri kita yang lebih baik dari kegagalan yang sedang kita alami. Anggap saja kita juara harapan, jadi masih ada harapan kan?



oh iya, soundtrack yang menarik sambil baca blog ini rasanya Agnes Monica "Things will get better". Ini single dia yang katanya merupakan perjuangan go international  yang konon katanya gagal itu. Tapi cuba aja liat muka Agnezmo yang tetep songong dan chin up dan ngga putus asa itu, mungkin dia memahami dia sebagai Juara Harapan, bukan kalah.






No comments:

Post a Comment