instagram

Pages

Sunday, December 22, 2013

Untuk Wanita yang Tidak Bisa dan Tidak Ingin Menjadi Ibu


Ini hari Ibu! Begitu aku diingatkan sosial media yang sudah menampilkan puluhan cara terindah untuk menyampaikan terima kasihnya pada ibu. Lalu sejenak aku berpikir, bagaimana dengan wanita yang tidak memilih atau gagal menjadi ibu? Tidak pantaskah dia diucapkan terima kasih atau disebut eksistensinya di hari Ibu? Tapi rasanya kacamata sosial sudah meminta hari ini disahkan untuk menjadi hari Ibu... Khusus IBU! Titik!

Sinis sih nggak ... Ya dikitlah sinis dikit mengenai pandangan orang yang menganggap wanita tidak sempurna kalau tidak jadi ibu atau rasanya tidak jadi wanita kalau tidak melahirkan. Rasanya terlalu panjang kalau aku bahas mulai dari anggapan aku mengenai kehadiran anak dan elaborasinya akan keberadaan ibu. Nanti malah jadinya kehadiran anak itu hanya sebagi pemenuh pandangan sosial. Yang jelas aku hanya kebetulan ada di kehidupan dimana menjadi ibu adalah sebuah pilihan atau takdir, bukan kewajiban. Jadi aku tidak cocok dengan pandangan, "menikah itu untuk punya anak." Atau "kamu tidak jadi wanita sempurna kalau tidak punya anak."

Lalu aku mengajak beberapa temanku yang masih single, mereka yang tidak ingin dan tidak bisa menjadi ibu. Banyak faktornya, seperti contohnya aku. Aku belum siap menjadi ibu dengan berbagai alasan dan keyakinan yang aku imani *halah* tapi aku punya niat dan tujuan lain. Di dunia ini, aku masih lihat banyak anak yang tidak diharapkan orang tuanya, dibuang orang tuanya, atau alam semesta mencobai anak - anak ini menjadi yatim piatu. Aku kebetulan tidak peduli dengan hujaman pertanyaan ketika aku sudah menikah ditanya "kapan punya momongan" biasanya aku akan menjawab sekenanya atau membahas lebih dalam ketika aku tau lawan bicaraku bisa memahami pemikiranku.

Jangan berkecil hati kalau belum punya momongan, atau tidak mau punya momongan, atau bahkan belum nemu bapaknya *eh... Kalian tetaplah seorang Ibu, ya selain karena kalo di toko dipanggilnya udah "ibu" yaaaaa bukan "kak" lagi :)
Ada banyak hal kok yang bisa kita lakukan untuk ibu - ibu yang gagal jadi ibu. Gagal disini banyak macamnya, yang anaknya dititipkan di panti asuhan, atau maut menjemput sebelum ada kesempatan membesarkan anaknya, atau ya cuman gegayaan punya anak tapi ga tau caranya mendidik .... Sebagai wanita single atau belum punya momongan kan bisa dimulai dengan melakukan banyak hal, aksi sosial untuk anak - anak yang ingin dibantu atau banyak baca informasi soal ibu dan anak, jadi kita bisa memberi banyak referensi untuk ibu ibu yang udah terlalu sibuk ganti popok, sedangkan kita masih keluyuran di mall :)

Jadi, ibuku ... Yang sudah membuat aku dengan cinta dan nafsu sebagai bumbunya.... Terima kasih ya sudah selalu menerima pemikiranku yang ajaib :)

Tuesday, December 17, 2013

Stella's Homemade for Holiday Season

I'm not a great chef or well-known to be one. It's just my hobby that I finally can do since I don't live in boarding house and find small home with tiny kitchen where I can cook :) My cooking-rank is as far as my husband, brother, mom, and dad smile and enjoy every of my dishes. Here I am in this holiday nuance, I try to cook Cheese Cake and Choco Velvet. Making it more special, I put them in these cute 250 Mason and Glass Jar that amazingly make them look so much mouth-watering to try.

Besides decorating our Moonrise Kingdom, that's how we called our house, into Christmas fever, I hope baking some stuff may feature the joyful and warm season.

my favorite corner and not yet finished with decor





So, these cutes jar along with yummy cheese cake and velvet cake can be one of ideas for Christmas hampers to your loved ones. Please feel free to contact me should you want to have more bites of these treats ….

Wednesday, December 11, 2013

Iya atau tidak?

Kemarin akhir pekan kami kedatangan mbah dukun. Aku dan suamiku seperti pasangan suami istri yang sedang kepayahan dan konsultasi kepada dukun. Kusebut mbah dukun karena dia adalah tempat belajar suamiku untuk memahami hidup hanya saja sekarang dia berubah dengan pengetahuan spiritual kejawen nya beserta batu akik dan argon serta ilmu pellet yang membuatku berkhayal dia seperti mbah dukun. Tapi tentu saja dia bukan dukun, karena kami tidak belajar cari pesugihan dari dia, kami hanya ingin berbagi cerita dan sedikit banyak memberi masukan dalam rumah tangga kami untuk memahami satu sama lain.

Aku terinspirasi salah satu kalimatnya, “kalau kamu menuntut kebenaran, kamu harus siap dengan jawabannya…” Betul juga pikiran dia, batinku dalam hati. Aku adalah anak yang dididik dan ditempa untuk sebuah keterbukaan dan diterima atas kebebasan tanggung jawab yang aku pilih. Itu sama aja aku berharap ketika aku tanya “aku cantik nggak?” dan aku berharap jawabannya “iya” tapi ternyata jawabannya “tidak”. Itu artinya aku harus menerima secara terbuka bahwa mungkin aku tidak naturally born beautiful, aku salah pake make up, atau selera orang yang bilang aku tidak cantik itu jelek hahahahaha ….

Satu hal yang mengusik antara aku dan suamiku itu adalah ketika dia menghindari untuk mengatakan sejujurnya agar supaya lawan bicaranya bahagia atas jawabannya. Sedangkan aku lebih suka orang berkata apa adanya menanggapi segala sesuatu meskipun nanti aku sedikit kesulitan untuk menerima jawaban yang tidak sesuai dengan harapanku atau sebagai bonusnya aku akan sangat bersyukur ketika jawabannya sepaham dengan pikiranku. Tapi, aku lebih suka tertantang untuk menanggapi respon yang kejujurannya terkadang tidak sepaham dengan pikiranku daripada selalu memenuhi apa yang aku inginkan padahal tidak sesuai dengan apa isi hatinya. Aku merasa dibohongi.

Akhirnya aku mengajak suamiku untuk menyampaikan isi hatinya. Sampaikanlah kalau masakanku tidak enak, aku sedang tidak menarik, aku menyebalkan, aku salah menilai sesuatu, aku tidak suka ini, aku tidak suka ini, aku suka itu , atau aku suka ini. Nantinya kita akan berkompromi ketika sedang berupaya memahami sebuah respon untuk nantinya kita bisa saling menerima dan memahami.


Satu contohnya adalah semalam ketika aku mencoba resep baru memasak Tagliatelle Alfredo. Tentu saja ini susah dimasak dan aku minta pendapat suamiku. Dia suka ketakutan kalau komentar bahwa masakannya kurang enak. Tapi semalam dia keren banget dan bisa bilang apa adanya kurang manis masakannya. Lalu aku pasti ada momen manyun sesaat (karena merasa aku belum bisa jadi Jamie Oliver hihihi) tapi aku langsung gegap gempita memperbaiki rasa masakan itu atas masukan suamiku. Apa hasilnya, kami makan dengan lahap atas rasa yang pas penuh cinta kasih dengan bumbu saling memahami dan menerima …… *elus elus perut

Friday, December 6, 2013

Sokola Rimba : Adaptasi yok!

Ayo cerdas supaya bisa adaptasi dengan perubahan 

Kira - kira hanya kata - kata terakhir itu yang aku ingat menyentil rasaku ketika menonton film ini. Bertahun - tahun lalu aku dan keluargaku melihat artikel ini di koran Kompas yang menuliskan perjuangan Butet Manurung di pedalaman Jambi untuk mengajar kepada anak - anak rimba itu. Awalnya aku jatuh iba, tentang aksi sosial ini. Seperti manusia pada umumnya rasa salut dan iba memang yang paling pertama muncul ketika melihat kondisi ini, namun selang waktu membaca bukunya aku juga belajar hal lain, bukan hanya iba, salut, atau prihatin tapi juga memahami dari sisi mengolah semangat untuk menerima perubahan dan menyiasatinya dengan kecerdasan.

Aku tersenyum haru melihat semangat anak - anak rimba ini untuk bisa belajar, beberapa diantara mereka memang punya keinginan besar untuk menjadi cerdas dan pintar tapi juga belum tau kecerdasan itu akan digunakan sebagai apa. Beda dengan Bungo, salah satu anak rimba yang juga semangat belajar dan bersikeras untuk ingin tidak dibodohi atas perubahan jaman yang tidak bisa dihentikan. Kemudian pastinya diikuti dengan harapan mereka nantinya akan bisa beradaptasi dengan perubahan jaman tanpa meninggalkan nilai - nilai budaya dan adat istiadat <------- oh, see that's my words!

Mengingat aku pelupa dan ketika menonton film banyak detil yang sudah tidak menempel di jaring - jaring otakku, hal lain yang aku suka dari film ini adalah filosofi pohon madu. Jadi pohon madu adalah pohon tinggi tanpa ranting yang paling susah dicapai rombongan rimba, begitu mereka menyebut koloni rimba dengan rombongan. Diperlukannya keyakinan pada Tuhan alam semesta, hati yang bersih, dan pikiran yang fokus ketika mencapai puncaknya untuk nantinya mendapatkan sumber madu untuk kehidupan penduduk rimba. Karena puncaknya yang tinggi, dalam perjalanan si pemanjat sering diganggu halusinasi dan digambarkan bahwa halusinasi itu kadang dalam bentuk yang baik dan buruk. Ada yang diganggu setan pohon madu atau binatang yang menyeramkan sebagai simbol keburukan atau sensasi keindahan secara visual sebagai gambaran keindahan. Intinya tetap sama, apapun halusinasi itu bisa yang indah atau yang buruk jika kita tidak bijak menghadapinya, keduanya akan membuat kita jatuh.

Aku teringat seseorang yang mengajarkan aku akan fase kehidupan yang setiap levelnya memberi banyak ujian. Mungkin level - level inilah pijakan - pijakan untuk memanjat pohon madu kehidupan. Kadang dalam hidup kita merasa yang buruk adalah ujian dan mengingatkan kita akan sang pencipta untuk berserah dan memberi kemampuan untuk melewati cobaan. Setelahnya kita lupa, ketika kita sedang diberi kebaikan dalam hidup, kita anggap itu sebagai bonus setelah melewati cobaan, padahal itu cobaan lain dalam bentuk yang lebih manis untuk menguji kita, ingatkah kita untuk berterima kasih pada Tuhan alam semesta.





Monday, December 2, 2013

Monster University : It's OK to be OK

Sebagai bukan penyuka film kartun, aku hanya akan menontonnya ketika suamiku mengajak untuk menikmati makhluk makhluk tidak realis bergambar warna - warni. Awalnya selalu enggan, sejak aku menonton Up dan akhirnya jadi terharu, kemudian nonton WallE yang lalu jadi terinspirasi, akhirnya nonton Monster Inc. dan diikuti Monster University. Betul juga kalau kartun - kartun ini kadang menarik untuk mengendurkan otot - otot yang tegang disertai pelajaran moral yang membuat manggut - manggut lalu berpikir.

Kisah Monster Inc dan Monster University ini membawa aku kembali ke masa lalu. Sejak kecil kita diperkenalkan dengan kompetisi kejuaraan, demikian juga aku. Mulai dari juara lomba lukis, mewarnai, gerak dan lagu, sampai makan krupuk, juga lari karung, dan berbagai macam lainnya. Secara obyektif aku ini anak yang minderan dan terlalu sensitif sehingga kompetisi - kompetisi itu juga mempengaruhi caraku untuk berpikir memahami ambisi untuk menang. Dulu rasanya terluka sampai menusuk hati waktu sepupu - sepupu selalu juara 1, 2, dan 3 … lalu aku mentok di 10 besar jadi selalu saja tidak bisa mengambil senyum bangga Eyang Kakung dan Putri. Walaupun tetap diberi salam tempel, rasanya kurang puas menjadi juara.

Beranjak dewasa atau menua menurutku, karena dewasa tampak terlalu berat, aku menjadi anak yang selalu bekerja keras dan dicambuk ambisi untuk mencapai sesuatu. Aku bukan anak yang bisa dengan mudahnya bilang "it's ok! to be ok!' Kemudian Mike Wazowski salah satu tokoh utama di Monster University mengajakku belajar untuk berjuang dan menerima. Tentu saja aku bukan orang yang mudah menerima toh aku tumbuh untuk selalu menjadi mandiri, juara, dan kompetitif.

Mike Wazowski selalu bermimpi menjadi monster yang profesinya sebagai tukang menakut - nakuti anak kecil. Dimana dalam dunia monster ini adalah profesi jagoan dan menjadi kunci utama kehidupan Monster. Jadi tugas si monster yang menakut - nakuti ini adalah mendapatkan energi dari teriakan anak kecil yang ketakutan dan nantinya energi itu yang jadi sumber kehidupan di dunia monster. Tentunya syarat menjadi monster jagoan ini yang paling utama adalah punya bentuk yang menakutkan dan suara mengaum yang mengerikan. Takdir berkata lain karena Mike Wazowski terlahir menjadi monster yang imut. Jadi sebagaimanapun cerdasnya dia mengenyam pendidikan di Monster University dengan nilai A+ dia tidak punya bakat dan talenta untuk bisa jadi mendapatkan profesi monster jagoan yang tugasnya menakut - nakuti.

Tentu saja dia tidak terima dengan kenyataan ini dan membuktikan dengan berbagai cara untuk mencapai tujuannya itu. Di akhir cerita akhirnya profesi Mike ini adalah mendampingi sahabatnya yang juga monster yaitu Sullie. Nah, si Sullie ini emang terlahir berbakat menakuti, cuman karena kurang cerdas dia membutuhkan kecerdasan Mike untuk membantu Sullie menjadi monster penakut sejati yang mana profesi ini sebetulnya diidamkan oleh si Mike. Mereka menjadi tim yang bersinergi dan sukses mencapai target untuk menakut - nakuti anak kecil dengan nilai tertinggi.

Percayalah menerima kekalahan memang bukan hal yang mudah. Menerima bahwa tujuan yang ingin diraih itu tidak tercapai mencabik - cabik emosi dan menumbuhkan keputusasaan. Tapi tidak ada tantangan jika semuanya dimenangkan karena memang selayaknya kalah dan menang bersanding dalam sebuah kompetisi. Aku yakin Mike juga membutuhkan waktu yang lama untuk menerima bahwa dia tidak akan bisa menjadi apa yang dia inginkan tapi bisa mengaplikasikan sisi positif kelebihan dari dirinya untuk menjadi berguna tidak hanya untuk orang lain, juga dirinya sendiri. Jadi, jangan takut kalah dan jangan takut gagal, mungkin kita hanya belum bisa melihat sisi lain dari diri kita yang lebih baik dari kegagalan yang sedang kita alami. Anggap saja kita juara harapan, jadi masih ada harapan kan?



oh iya, soundtrack yang menarik sambil baca blog ini rasanya Agnes Monica "Things will get better". Ini single dia yang katanya merupakan perjuangan go international  yang konon katanya gagal itu. Tapi cuba aja liat muka Agnezmo yang tetep songong dan chin up dan ngga putus asa itu, mungkin dia memahami dia sebagai Juara Harapan, bukan kalah.