instagram

Pages

Saturday, November 9, 2013

Like Crazy : the dead sparks and hearts

never allow anything to destroy 
the feelings we share for each other
- like crazy, 2011 -


Kesalahan besar menonton film ini secara tidak sengaja adalah dalam keadaan sedang datang bulan dan sebelumnya banyak merenungkan masalah - masalah tentang hubungan cinta dua orang. Berakhir dengan emosi yang entah kenapa hampir saja merusak perasaanku hari itu. Lalu sebenarnya apa pengaruh film Amerika romantis ringan yang dirilis tahun 2011 ini bisa sebegitunya membuat aku yang notabene waras ini menjadi seketika terbawa dengan emosi yang aku sendiri tidak bisa pahami. Mungkin karena film ini membahas sesuatu yang menyentil pikiran skeptis aku akan cinta.

Jatuh cinta, klise dan terlalu pop tapi tidak mudah dimengerti. Ini kisah cinta Anna dan Jacob semasa kuliah yang penuh dengan perasaan yang terlalu semarak dan gila. Anna berasal dari London dan sedang mengikuti pertukaran pelajar di Los Angeles yang kemudian saling jatuh cinta kepada Jacob. Dalam film ini kisah cinta mereka digambarkan terlalu menggebu dan tampak terlalu indah sampai akhirnya Anna dideportasi ke London karena melanggar visa pelajarnya. Berpisah dua benua bukan hal yang mudah, selain jet lag waktu pasti ada saja yang menjadi tantangan mereka berdua untuk mempertahankan perasaan mereka. Berkunjung ke London menjadi cara satu - satunya Jacob untuk menemui Anna dan selama berpisah mereka juga memiliki sensasinya sendiri - sendiri untuk dekat dengan orang lain *sigh. 


Melihat keadaan ini orang tua Anna mengusulkan mereka menikah untuk mempermudah visa Anna tidak dicabut malahan bisa mendapatkan Green Card dan bisa bersatu lagi dengan Jacob. Seperti yang aku yakini juga bahwa pernikahan itu harus didasari dengan alasan yang kuat antara 2 pihak bukan atas pengaruh faktor lain. Demikian juga perasaan Jacob saat diminta menikah, meski hatinya tidak sepenuhnya yakin karena dia juga menjalin hubungan dengan wanita lain tapi dia juga mencintai Anna. Tapi akhirnya merekapun menikah dengan iming - iming 6 bulan kemudian Anna mendapatkan visanya lagi dan mereka bisa bersatu, meski nasib berkata lain. Visa itu juga belum lolos. Hubungan yang memudar, jarak yang memisahkan, waktu yang tidak sinkron, kehadiran pihak ketiga, rasanya itu alasan tepat kenapa rasa akhirnya memudar. 


Sampai akhirnya suatu ketika visa itu lolos. Anna mencoba kembali kepada Jacob dan pindah ke Los Angeles meninggalkan cinta paruh waktunya demikian juga Jacob. Namun, sepertinya mereka gagal untuk tidak membiarkan apapun merusak perasaan mereka satu sama lain. Ketika apa yang sudah tidak seharusnya … meski diperjuangkan dengan segala apapun tetap pada konklusi memang sudah tidak seharusnya. 


Film ini ditutup dengan soundtrack yang apik karena aku si penyuka suara aneh penyanyi indie Stars yang memberikan lirik menampar dalam lagunya Dead Hearts. 



Tell me everything that happened,
Tell me everything you saw.
They had lights inside their eyes...
They had lights inside their eyes...
Did you see the closing window,
Did you hear the slamming door?
They moved forward and my heart died...
They moved forward and my heart died...
Please, please tell me what they looked like,
Did they seem afraid of you?

They were kids that I once knew...
They were kids that I once knew...
I can say it, but you won't you believe me.
You say you do, but you don't deceive me.
It's hard to know they're out there,
It's hard to know that you still care.
I can say it, but you won't you believe me.
You say you do, but you don't deceive me.
Dead hearts are everywhere!
Dead hearts are everywhere!

Did you touch them, did you hold them?
Did they follow you to town?
They make me feel I'm falling down...
They make me feel I'm falling down...
Was there one you saw too clearly,
Did they seem too real to you?
They were kids that I once knew...
They were kids that I once knew...
I can say it, but you won't you believe me.
You say you do, but you don't deceive me.

It's hard to know they're out there,
It's hard to know that you still care.
I can say it, but you won't you believe me.
You say you do, but you don't deceive me.
Dead hearts are everywhere!
Dead hearts are everywhere!
I can say it, but you won't you believe me.
You say you do, but you don't deceive me.

It's hard to know they're out there,
It's hard to know that you still care.
I can say it, but you won't you believe me.
You say you do, but you don't deceive me.
Dead hearts are everywhere!
Dead hearts are everywhere!
They were kids that I once knew...
They were kids that I once knew...
Now they're all dead hearts to you...
Now they're all dead hearts to you...
They were kids that I once knew...
They were kids that I once knew...
Now they're all dead hearts to you...

Mungkin dulu aku pernah marah pada semesta dan empunya kehidupan. Kenapa juga aku harus bertemu dengan seseorang yang bukan untuk aku dan harus meninggalkan sakit. Apakah aku terlalu memaksa waktu itu? Sia - siakah waktuku untuk bertemu mereka yang pernah mengisi hatiku waktu itu? Atau aku yang tidak bisa mengubah waktu yang kuanggap sia - sia itu sebagai proses hidup dan pembelajaran? Kalau diisi sejuta tanya mungkin tulisan ini tidak akan pernah berakhir. Yang jelas, aku harus meyakini apa yang aku jalani sekarang adalah yang memang harus terjadi sekarang apapun hasilnya nanti. 


Baru pagi ini aku menemukan jawabannya. Setelah yang aku lalui dalam hidupku ternyata semesta dan empunya kehidupan memberi kebaikan dan menghadirkan sosok yang dengan hati terbuka aku berani mencintai lagi. Kami juga sudah mengucap sumpah untuk tidak membiarkan apapun merusak perasaan kami satu sama lain. Jadi mari kita coba sedikit untuk tidak terlalu tamak dalam hubungan ini dan menyaring hal - hal yang dapat merusak perasaan kami. 


Wednesday, November 6, 2013

Lovelace : the ordeal survivor

 Let me stated once again, I am not as my husband who can review movies perfectly in technical details and his wonderful perspective. I watch movies for my own enjoyment and for as much as moral lesson I can obtain or apply them in life. So, here is my thoughts about stunning movie I have watched last time with my husband, Lovelace.

This movie is based on true story of Linda Lovelace (starring Amanda Seyfried) also featuring her mom Dorothy (starring Sharon Stone). I call this movie as a survival of darker story in 1970 which porn movies and internet was not yet famous or exploded. Behind this one-hit-wonder porn star Linda Lovelace starring hits porn movie Deep Throat, were suffered from her charismatic hustler husband Chuck she loved once who forced her to be porn star and slut. Escaping a strict religious family, she got the paradigm of sacred catholic marital vow to be devoted and loyal with her marriage and husband. Somehow, this harrowing tale of the pursuit of happiness and the will to survive amid years of horrified abuse turned her to be a spokesperson for sexual freedom, pornographic, and abusive marriage.

Overall, this is tragic yet triumphant life that amazed me and inspired me that no matter how hard I try to be happy no matter the situation is, but I must be critical and smart in facing it.





Monday, November 4, 2013

hijau + stress + kebahagiaan

Waktu SMA dulu, selalunya merayu ibu untuk membelikan alat tulis harus merk Barunson yang kala itu harganya Rp. 5000,-  satu buku. Padahal kalau merk Kiky aja Rp. 5000 itu sudah dapat 10 buku. Rasanya bingung cari strategi apa supaya ibuku merelakan anaknya meningkatkan harga diri dengan brand buku Barunson yang konon gambarnya selalu lucu dan lembar satu dan yang lainnya itu gambarnya beda. Kertasnyapun halus dan kadang ada yang wangi. Pokoknya harus Barunson! Lalu aku pergi ke toko buku itu dan mulai mencari - cari pilihan meski proposal dana belum disetujui. Ada satu buku tulis Barunson yang ketika kubuka ada halaman full warna hijau dengan keterangan "starring at green space reduce stress" …. akhirnya aku beli buku itu dengan seluruh uang saku dan rela pulang jalan kaki. Kutunjukkan pada ibu betapa bergunanya buku Barunson karena bisa menghilangkan stress. BERHASIL!

Sepenggal memori itu yang membawaku berjalan sejenak mencari cara untuk menyembuhkan stress dari kondisi yang ada. Kebetulan aku tinggal di desa ini, dimana tidak mungkin ketika stress aku lari ke coffee shop atau minggat ke rumah teman…. jauhhhhh sekali! Memanfaatkan apa yang ada … begini caraku menghilangkan stress dan tentunya dengan nuansa hijau …







Happiness is a journey not a destination
- anonymous-

Otakmu, Otakku, Otak Kita .. Ayo makan Otak Otak

Ada hal yang baru dan lagi heboh dilakukan khalayak beberapa hari terakhir ini, TES OTAK. Menarik? ya ini bisa dibilang menarik karena kami satu keluarga juga tertarik untuk melakukan test ini.
Kami merujuk pada satu website yang menawarkan test ini : http://sommer-sommer.com/braintest/ .
Jadi ini si Sommer's Brother pemilik agency terbesar yang mengawali usahanya hanya berdua kakak beradik tanpa staff dan tanpa modal, memiliki keyakinan akan kinerja otak yang mampu menjadi tumpuan kesuksesan. Katanya begini :

“Bridging the gap between strategy 
  and creativity is key to successful 
  brand communications.”



  A philosophy both Sommer brothers believe in – 
  Leonard and Gordon.


Syukurlah ketika melewati test itu, hasil milikku adalah begini :




Menurut penjelasannya :

OTAK KIRI
logika, peraturan, strategi, kecerdasan

OTAK KANAN
intuisi, perasaan, kreatifitas, perasaan

Lengkapnya bisa dibaca sendiri di pembahasan web tersebut tapi yang aku syukuri adalah hasil dari test otak itu entah validitasnya berapa persen tapi itu seimbang. 

Beberapa tahun lalu aku diajari untuk menyeimbangkan antara perasaan dan logika. Rasanya juga sulit sekali untuk mengajak otakku diam sejenak ketika rasa dan logika bergejolak lalu menstabilkannya dan kemudian itu menjadi kebiasaan. Berhasil? mungkin tes otak itu menunjukkan aku berhasil tapi pada kehidupan sehari - hari aku masih kesulitan atau masih punya perang yang harus aku damaikan atau aku seimbangkan. Tetap tidak ada yang sempurna yakan yakan?!?! heheehe. 

Apa sih keuntungannya kalau otak kita seimbang? ini menurut pemahaman aku. Kita ambil saja contoh ketika aku ada di bisnis furniture milik papa yang katanya (entah papa rela atau tidak) suatu saat nanti diwariskan ke anak - anaknya. Dalam sebuah bisnis harus ada keseimbangan antara otak kiri dan otak kanan. Nah, setelah di test otak … si papa ini otak kiri jauh lebih tinggi dari otak kanan. No wonder ya 27 tahun perusahaan ini berdiri biaya yang dikeluarkan seimbang dengan pemasukannya :) artinya kalau kata cina ini bisnis panas, kurang untung.

Ketika kita bisa membuat satu produk, mengupayakan kualitas, dengan kecerdasan, dan strategi …. itu tidak cukup. Kita juga harus memahami pasar dengan perasaan, intuisi, dan memberi masukan inovasi atas produk tersebut serta terus mengasah kreatifitas dalam mengembangkan produk. Maka, keseimbangan itu akan mengarah pada suatu harapan kesuksesan.

Tapi ya sekali lagi entahlah validitas test otak ini bagaimana … mungkin kalau aku tau Donald Trump itu equally use his brain, baru aku percaya :)