Are you ready? or you just want it?
Begitu tanyaku pada Mustafa suatu pagi. Beberapa kali aku merasa Mustafa hanya ingin punya anak, tapi belum siap punya anak. Ternyata Mustafa punya pemikiran yang amat seru dan sangat serius menanggapi pertanyaanku itu. He is really a husband I can rely on and compromise with .... *kecup kecup. Akhirnya kami hari ini punya kesepakatan yang realistis dan tetap religius. Ini merupakan suatu pencapaian ya mengingat kami berdua bukan orang yang religius. Kami sepakat untuk lebih mempersiapkan lagi segalanya semampunya namun tidak menolak titipan alam semesta dan empunya kehidupan untuk membesarkan buah hati dengan baik dan benar sesuai kapasitas kami saat ini.
Bahwasanya, aku ini suka mengumpat pasangan yang beranak pinak tapi tidak realistis. Beranak diluar pernikahan satu contohnya, beranak tapi tidak bisa membiayai anaknya adalah hal lain, dan beranak pinak tapi tidak tahu sama sekali cara mendidik dan membesarkan anak itu parah lagi, dan begonya lagi punya anak karena tuntutan status sosial dan kesempurnaan sebagai seorang wanita, parahnya lagi beranak trus cerai trus rebutan anak *whatta drama! Dulu aku pernah mengumpat pada seorang ibu ketika memukul keras anaknya yang menangis karena minta dibelikan ice cream. Entahlah itu anaknya yang 'out of order' atau ibunya yang sinting ... "Dasar!!!! bagian bikin anak aja ah uh ah uh menikmati, sekarang punya anak main pukul kayak orang ngga berpendidikan..." Aku yakin ibu itu pasti marah mendengar kecamanku yang frontal dan keji itu, tapi itu betul ... It was so pathetic! Soal yang ini aku yakin betul, anak itu bisa diajak berkomunikasi, meskipun itu masih dalam bentuk janin. Percayalaahhh jamaahhh percayalah .....
I want
Yeah, I want our baby made by Mustafa and Musdalifah's best making love into a bundle of joy! Kami juga sudah memikirkan sebuah nama Baby Moses dan berharap dia akan jadi anak lelaki kami. Entah kenapa kami inginnya lelaki, jantan! (penekanan kata jantan harus diperlukan di abad ini).
Kami juga punya bayangan betapa seru dan meriahnya rumah kami kalau ada Baby Moses, dengan keributan tangis dan tawanya, hebohnya gantiin popok, pusingnya menidurkan, dan siskamling tiap malam. Kami yakin Baby Moses akan jadi wadah cinta kasih kami suatu hari nanti.
We are not ready yet we shall and will prepare
Belum, kami belum siap. Rumah tangga kami masih anyar gressss ... Kami lagi suka - sukanya pacaran karena kami belum pacaran sejak memutuskan menikah. Berdua kami masih merokok dengan kencangnya dan hidup sesuka - sukanya. Kami punya simpanan, tapi pengeluaran kami BEP dengan penghasilan kami, alias kami belum bisa menabung dengan layak. Singkatnya kami punya idealisme untuk mempersiapkan kehadiran Baby Moses.
Apakah kami menolak rejeki atau titipan dari alam semesta dan empunya kehidupan? tentu tidak ...
Kami akan menerima dengan senang hati kapan saja Baby Moses atau Baby Girl jika memang itu sudah saatnya dan kami akan berusaha sebaik mungkin memberikan yang terbaik untuk tumbuh kembangnya.
Ya tapinya kalau dikasih kesempatan untuk mempersiapkan Baby Moses, kami akan lebih senang lagi karena kami pastinya pengen Baby Moses pakai baju keren - keren biar ngga malu - maluin kalau dibawa reunian... hahahah ... . Karena kami yakin setiap orang tua (yang waras) pasti punya harapan terbaik untuk buah hatinya, seperti kami ingin Baby Moses itu nanti sehat, utuh, ganteng, cerdas, genetically great!, baik hati, tidak sombong, mau bekerja keras, sayang orang tua, dan harapan - harapan lainnya *biggrin!