Barusan buka google untuk mencari tau apa sih arti dari Miserable itu, bagaimana kamus
menjabarkan sebuah rasa Miserable yang pasti diambil dari kata Misery itu. Ternyata artinya itu bisa
dibilang Extreme Unhappiness.
Kalau bicara soal rasa, setiap orang punya batas kebahagiaan
dan tidak bahagianya sendiri – sendiri. Itulah kenapa sebagai orang yang suka
sekari mencari jawaban, aku paling kesulitan menanyakan soal rasa, karena
jawabannya tidak ada yang pasti. Lebih mending nanya isi tabunganku, pasti
dengan cepat aku jawab “Rp. 0 ,- saudara – saudara terkasih!”
Waktu berencana untuk menonton Les Miserables, sebuah film musical
yang diangkat dari novel Victor Hugo, aku juga bertanya – tanya “Miserable nya bakal separah apa sih?”
bersusah payah aku mengingat cerita novel yang aku baca jaman kuliah dan aku
tidak menyerapi ceritanya namun hanya sekedar membaca dari sudut pandang dosen
demi mendapatkan nilai A *jebule
aku kehilangan esensi cerita itu sendiri* . Ternyata oh ternyata, film yang
apik ini menguras air mataku juga dan bagaimana sebuah rasa ‘extreme
unhappiness’ itu digambarkan sempurna melebihi kisah hidupku dan meski masih
kurang nelangsa dari kisah penyaliban Yesus *hadah*betul betul membuat mewek!
Jadi inget dulu jaman kuliah dan membaca novel ini lalu si
pak dosen bertanya “apa pelajaran moral dari novel ini?” tetap saja aku
berusaha menjawab dari persepsinya dan aku tidak memaknai novel ini. Hanya kali
ini aku yang sudah dewasa *baca DEWASA bukan MENUA* mulai bisa mengambil
sisi moral yang bisa memberiku gambaran tentang kehidupan. Kisah ini mengajakku
mengunjungi 3 fase kehidupan dalam hidupku, dari aku yang belum merasakan
kehidupan yang menyedihkan, lalu aku yang pernah melalui masa menyedihkan itu,
kemudian bangkit dari rasa sedih itu. Sekarang aku bisa cukup mudah mengatakan
pada diriku sendiri I’m not into that
miserable for I have faith and belong to His fate!
Eh ini schene si Fantine ‘Anne Hathaway’ waktu meratapi
nasibnya dan lagu ini sangat – sangat tepat dipilih untuk menggambarkan
kehidupannya yang sangat – sangat miserable. My favorite scene ever!
I dreamed
a dream in times gone by
When hope was high and life worth living
I dreamed that love would never die
I dreamed that God would be forgiving
Then I was young and unafraid
And dreams were made and used and wasted
There was no ransom to be paid
No song unsung no wine untasted
But the tigers come at night
With their voices soft as thunder
As they tear your hope apart
As they turn your dream to shame
And still I dreamed he'll come to me
That we would live the years together
But there are dreams that cannot be
And there are storms we cannot weather
I had a dream my life would be
So diff'rent from this hell I'm living
So diff'rent now from what it seemed
Now life has killed the dream I dreamed
When hope was high and life worth living
I dreamed that love would never die
I dreamed that God would be forgiving
Then I was young and unafraid
And dreams were made and used and wasted
There was no ransom to be paid
No song unsung no wine untasted
But the tigers come at night
With their voices soft as thunder
As they tear your hope apart
As they turn your dream to shame
And still I dreamed he'll come to me
That we would live the years together
But there are dreams that cannot be
And there are storms we cannot weather
I had a dream my life would be
So diff'rent from this hell I'm living
So diff'rent now from what it seemed
Now life has killed the dream I dreamed
PS: tulisan ini sebenarnya untuk Ibu, yang tadi pagi
menghubungi dan menanyakan soal ‘rasaku’. “Bu, tidak perlu engkau kuatir akan
segalapun yang tidak pasti. Biarkan mereka bicara seenaknya dan menilai sesuka
hatinya, tapi ini tetap hidup yang harus dijalani kita sendiri. Apapun rasa
yang aku alami saat ini biarlah ini jadi bahagia atau dukaku dan mungkin jika
hidup harus membunuh mimpiku sekali lagi, biarlah aku berkata kepada empunya
kehidupan, ‘Oh, shit man! That hurts’” *hehehehehe “