Dari sebuah bincang – bincang dini hari pada sebuah kios
roti bakar di bilangan Blok M Jakarta, seorang teman menyarankan aku untuk
menemukan kembali Mustafa. Mudahnya di era komunikasi serba sigap dan kecepatan
akses untuk memudahkan mencari, kamipun akhirnya menemukan Mustafa. Meski dalam
kehidupan nyata, kami tidak punya kemampuan untuk mencari dan menemukan dari
sejak tahun 2004. Mustafa, hari ini aku menemukanmu dan menyapa “woooooiiiiiii….”
Sungguh bukan sapaan yang menarik dalam sebuah jawaban akan pencarian.
“oh my gosh *thrilled*” jawab Mustafa beberapa menit
kemudian setelah kutemukan di arena twitterland.
“*amazed*” sambutanku sekenanya karena bingung harus
menjawab apa.
“where have you been” dia seperti sudah tersadar bahwa kami
sama – sama menghilang.
“Nowhere but here :D long time no see *blushing*”
“yeah … long time so, hows the world?”
“world’s still unfair sometimes … How’s life?”
“well, sometimes life is a bitch, actually….”
Sekian kami berbincan dan pada suatu pagi aku terhanyut pada
tulisan – tulisan Mustafa, dia adalah seorang penulis. Pada sebuah waktu di
tahun 2004 Mustafa pernah berujar, “bekerjalah, raihlah karirmu. Aku ingin
dirumah, membaca dan menulis, lalu menyambutmu pulang… “ Dalam hati aku mencerna
maksudnya Bagaimana mungkin lelaki ini
memilih lari dari standar kehidupan normal yang kami jalani di kebudayaan timur
ini. Aku dulu tidak mengerti dan sekarang pun tidak, hanya mencoba
memahami, jiwa Mustafa memang berkutat pada indahnya paduan linguistik yang dia
kuasai dan membaurkannya pada kisah sehari – hari yang apik.
Mustafa, aku suka tulisanmu dan terima kasih sudah mau aku
temukan kembali. Meski tahunan ini, secanggih apapun teknologi tidak
mempertemukan kita dalam suatu momentum ruang dan waktu akan sebuah kebetulan.
I can even still remember the song you gave me, Mustafa :D
No comments:
Post a Comment