Hanya keluarga dan teman - teman semasa aku kecil sampai kuliah yang memanggilku Amirta. Karena pekerjaanku menuntut aku untuk menjaga reputasi baik diri dan nama baik perusahaan, maka terkadang aku menganggap Stella is the good part of Amirta.
Sampai - sampai setiap kali telfon sahabatku pasti bertanya, "Ini yang ngomong Stella atau Amirta?" atau kalo pas keluar sifat asliku dia pasti bilang, "ah! ini pasti Amirta!!!" Kemudian aku berpikir, lalu aku sebenernya siapa? Stella atau Amirta?
Ternyata baru akhir - akhir ini aku mendapatkan jawaban. Sempat berpikir aku seharusnya masuk RSJ karena berkepribadian ganda, syukurlah aku tidak senaas itu. Ini adalah soal Emotional Intelligence! Kemampuan kita untuk memahami, bersikap, mengidentifikasi, mengatur emosi, empati, dan inti dari semua ini sudah dirangkum oleh leluhur kita di Jawa... EI is as simple as Tepo Seliro!
Nah, bagaimana aku merumuskan Stella dan Amirta ini adalah ketika aku berprofesi menjadi seorang PR aku bertemu dengan banyak orang, of course in a professional way. Bertemu dengan banyak orang membuat aku memahami bagaimana harus bersikap, semua orang itu punya karakternya sendiri - sendiri, dan itu semua bisa dibaca. Dengan memahami orang lain secara ngga langsung ada interaksi yang baik diantara dua individu yang saling memahami itu.
Treat people differently.... Ketemu banyak orang dimuka bumi ini sama seperti kamu masuk ke kebun binatang. Kamu harus menjadi monyet ketika berbicara dengan monyet, menjadi burung ketika berinteraksi dengan burung, dan lain sebagainya. Setelah ini pasti ada pertanyaan, "berarti kita ngga 'be ourself' donk kalo ketemu orang" ... Jangan salah, menyikapi seseorang itu bukan berarti kita lari dari karakter diri kita kok, kita hanya melepaskan sedikit ego kita untuk memahami orang lain itu. Aku ya tetap Amirta yang dibalut oleh profesionalisme seorang Stella. Aku tetap menjadi diriku sendiri dan aku tau cara bersikap.
Satu contoh kasusnya, I was in a worst broken heart .. padahal pada masa itu aku sudah bekerja dan menjadi PR. Dalam masa sulit itu, bisa aja aku menangis tiba - tiba, sampai - sampai rasanya sulit sekali menutupi masalah pribadi dalam pekerjaanku sehari - hari. Suatu ketika, aku harus bertemu dengan Chief Editor sebuah majalah Fashion terkenal di Indonesia, lengkap dengan Fotografer profesional, Stylish Director, Model, dan Make up artist untuk sebuah Photo Project. Dalam situasi seperti ini, yang aku lakukan adalah.... membayangkan aku duduk di depan kaca, tanpa ekspresi, lalu di sampingku ada dua topeng yang bisa aku pakai... Si Stella dan Si Amirta. Seketika aku tau, apa yang harus aku lakukan. Anyway! project itu berhasil dan namaku tersemat dalam ucapan terima kasih di majalah itu.... :) ---- ngga mungkin juga dong aku menemui mereka dalam keadaan maskara luntur, muka berantakan, mata sembab,bertingkah seperti walking zombie and say ... "Hey, I'm quiet in hell down here... so, please understand!"
Emotional Intelligence is about your way being NOT of DOING
Thank you for someone who recently telling me this:
" I don't want to see you not confidence in facing life, you are now someone new, and the better you is the one who is firm and confidence.... "
Emotional intelligence (EI) describes the ability, capacity, skill or, in the case of the trait EI model, a self-perceived grand ability to identify, assess, manage and control the emotions of one's self, of others, and of groups.Bradberry, Travis and Greaves, Jean. (2009).