Aku baru saja ditegur karena memberi label atas suatu
kejadian. Iya, aku memberi label orang – orang yang mengunduh aplikasi
blackberry di ios atau android itu ngga asik, aneh, labil, dan ngga bisa move
on. Astadjim, aku nyinyir. Lalu aku lirik juga top favorit download di apple
store dan blackberry menjadi 10 besar jumlah pengunduhnya. Hmmmm … baiklah
ternyata mainstream *eh kok labelin lagi… Padahal ya, belum lama juga ada quotes yang aku sampaikan di social media Path bunyinya begini :
Nah, bisa membayangkan kan bagaimana malunya? Selain malu aku mati - matian introspeksi diri. Perut rasanya mual, kepala nyut nyutan, dan rasanya nafsu makan hilang. Cukup drastis kan efek malu ini ... mungkin juga kalau dalam setahun kedepan aku langsing, pasti karena sering malu. Mau introspeksi diri itu rasanya juga tidak mudah karena emosi dan kesadaran diri itu perang sodara didalam otak. Akhirnya aku putuskan untuk diam sejenak.
Kemudian siang ini ada video yang mengusik hati dan mendukung aku untuk menulis ini :
Dalam video ini kita diberi gambaran bahwa kita tidak bangga terhadap diri kita sendiri karena terlalu banyaknya label yang diberikan oleh kehidupan kita cantik itu putih, pintar itu pakai kacamata, dengerin lagu dangdut itu norak, beli sandal crocs itu alay, keren itu langsing, iphone itu eksklusif, dan lain sebagainya. Padahal masih ada penilaian obyektif yang bisa membangun dan membuat kita tidak rendah diri. Lalu, kenapa aku tidak menjadi 1 orang saja yang mendukung pemikiran obyektif itu untuk mengajak orang lain menjadi bangga akan apa yang dimiliki dan diyakini.
Jadi, mulai dua hari yang lalu aku mundur sejenak dari sosial media. Berusaha memahami diriku, belajar untuk diam dan tidak nyinyir memberi label tapi lebih menerima orang lain apa adanya. Tidak hanya supaya orang lain itu tidak rendah diri, aku pun juga perlu belajar untuk bangga akan apa yang aku miliki.
Jadi ya berat juga lho ya tantangan ini padahal kan aku suka banget ngatain orang norak, alay, kimcil, wagu, nggak asik, mainstream, kampungan, nggak smart, balungan gajah, bitch, dan label label kasar, sinis, serta jahat lainnya. Entahlah nanti bakal bertahan sampai kapan tapi aku mengakui kalau sikapku ini tidak baik dan dengan senang hati mencoba memperbaikinya.